Pada tanggal 28 Oktober 2015, bertepatan dengan hari sumpah pemuda, Kemenkes dan konsorsium sel punca dan jaringan Indonesia menggelar acara konferensi pers mengenai “Sudahkah Indonesia melakukan terapi sel punca ?”

Sel punca merupakan sel yang mampu memperbaiki sel-sel rusak dalam tubuh. Oleh karena kemampuannya tersebut, saat ini sel punca banyak digunakan sebagai alternatif pengobatan yang dapat mengobati jaringan tubuh yang rusak. Perkembangan pengobatan dengan sel punca di dunia sudah dimulai sejak tahun 1996. Di Indonesia terapi menggunakan sel punca ini masih dikatagorikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sebagai pelayanan berbasis penelitian. Para dokter akan mebuat standar prosedurnya setelah mendapat bukti ilmiah yang cukup.

Pemerintah terus memantau pelaksaan terapi sel punca di Indonesia, agar dilakukan oleh klinisi sesuai dengan kompetensinya, dengan prosedur yang benar serta tempat layanan dan laboratorium yang sesuai dengan standar permenkes terkait. Pemerintah menghimbau masyarakat Indonesia untuk tidak mudah percaya dengan iklan terapi yang beredar baik melalui pesan singkat, email, media sosial, koran, dan radio yang akan menyesatkan masyarakat Indonesia. Janji penyembuhan dengan bukti testimoni yang tidak disertai data hasil penelitian yang jelas, tarif terapi yang sangat mahal, atau pelaksanaan terapi nya di luar negeri, bukanlah menjadi jaminan bahwa terapi itu akan aman dan berhasil.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui bahwa di negaranya sendiri sudah mengembangkan sel punca untuk pelayanan berbasis penelitian. Bahkan sudah ada pasien yang berhasil diobati menggunakan sel punca. Kabar yang cukup menggembirakan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh RS Cipto Mangunkusumo, dilaporkan sudah ada 37 pasien penderita kerusakan tulang kaki/punggung, di mana 10 pasien diantaranya telah berhasil disembuhkan dan 27 pasien masih dalam pemantauan. Selain itu sebanyak 43 pasien telah dilakukan terapi sel punca untuk penderita jantung, sebanyak 19 penderita Anterior Myocardial Infraction (AMI) menggunakan sel punca berasal dari darah tepi yang telah dipublikasi melalui Jurnal Actamedika Indoesiana pada April 2011 menggunakan sel punca berasal dari darah tepi dan publikasi melalui Journal, dan sebanyak 25 penderita gagal jantung menggunakan sumber sel punca dari sumsum tulang yang telah dipublikasi melalui jurnal of Cardiovascular Translation Research tahun 2014. Terapi lainnya yang telah dilakukan di RSCM adalah pengobatan luka kaki penderita diabetes dan luka bakar parah, dimana telah menunjukkan hasil terapi yang baik.

Adapun pelayanan berbasis penelitian dari RS dr Soetomo dilakukan oleh Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem Cell, tecatat sudah ada 379 pasien yang melakukan terapi sel punca dengan berbagai jenis penyakit, diantaranya kasus yang banyak ditangani yaitu diabetes melitus sebanyak 99 kasus, penyakit nyeri sendi pada lutut sebanyak 40 kasus, stroke 30 kasus, jantung 12 kasus serta sebanyak 198 kasus lainnya pada penyakit hati, saraf dan penyakit-penyakit darah berbahaya. Tingkat perbaikan dari penyakit diabetes melitus dengan terapi sel punca ini yaitu 30-100%, pada pasien penderita nyeri sendi lutut perbaikannya mencapai 60-70% dan pada pasien stroke mencapai rata-ratanya 50% serta untuk uji klinis penggunaan sel punca pada pasien penyakit jantung tingkat keberhasilannya antara 60-80%.

Data dari kedua rumah sakit tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia pun mampu melakukan terapi serta mengikuti perkembangan dari Negara-negara maju di Dunia dalam mengembangkan sel punca terutama di bidang kesehatan.

Peran pengembangan sel punca di Indonesia didukung pula oleh dua laboratorium swasta, salah satunya yaitu Laboratorium pengolahan dan penyimpanan sel punca darah tali pusat ProSTEM (Prodia StemCell Indonesia) yang telah mendapat ijin resmi dari pemerintah untuk melaksanakan usahanya sesuai dengan ijin yang dikeluarkan. Selain itu melalui Keputusan Menteri Kesehatan no 32 th 2014 pemerintah telah menunjuk 11 RS pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sel punca berbasis pelayanan (RS M Djamil, RS Cipto Mangunkusomo, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Dharmais, RS Harapan Kita, RS Hasan Sadikin, RS Kariadi, RS Sardjito, RS Sutomo dan RS Sanglah), yang nanti nya akan ditambah dengan beberapa RS pendidikan lainnya.

Dalam kesempatan ini Dr. Cynthia Retna Sartika, M.Si sebagaiDirektur ProSTEM dan sekretaris jendral konsorsium memaparkan roadmap konsorsium untuk mencapai produk sel punca Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Ini merupakan wujud nyata ProSTEM dalam ikut memajukan stem cell di Indonesia dan juga bukti bahwa keberadaan ProSTEM diakui oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes).