Stem cell atau sel punca merupakan sel yang belum memiliki fungsi tertentu di dalam tubuh, namun memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi suatu jenis sel yang lebih spesifik dan meregenerasi dirinya sendiri sehingga dapat memproduksi lebih banyak lagi stem cell dalam tubuh [1]. Dalam dunia medis, kemampuan sel punca tersebut cukup memberikan harapan yang besar dalam terapi berbagai penyakit terutama penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif timbul akibat adanya kemunduran fungsi sel, maka dari itu terapi yang paling tepat untuk menyembuhkannya yaitu dengan meregenerasi sel itu sendiri dengan mengaplikasikan stem cell secara klinis. Stem cell dikelompokan menjadi berbagai jenis berdasarkan potensi dan jaringan asalnya.
Namun apakah sebenarnya ada jenis stem cell tertentu yang paling baik digunakan dalam terapi klinis?
Terapi stem cell merupakan terapi berbasis seluler. Pada umumnya stem cell dibagi menjadi 2 jenis yaitu stem cell embrionik dan non-embrionik [2]. Stem cell embrionik bersifat totipoten dan dapat berdiferensiasi menjadi tiga jenis lapisan embrionik, sedangkan stem cell non embrionik, atau disebut stem cell dewasa, bersifat multipoten dan memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi jenis sel tertentu yang lebih terbatas dibandingkan sel embrionik.
Stem cell non embrionik sendiri memiliki berbagai jenis, yaitu:
a. Bone Marrow Hematopoeitic Stem Cells (BMHSCs), dapat ditemukan di sumsum tulang dan memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi semua bentuk turunan sel darah [2].
b. Mesenchymal Stem Cells (MSCs), dapat ditemukan di berbagai jaringan seperti lemak, kulit, sumsum tulang dan dental pulp. Sel ini memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jaringan ikat seperti kartilago, tulang, lemak dan jaringan pembuluh [2].
c. Neural Stem Cells (NSCs), dapat ditemukan di otak baik pada embrio maupun dewasa. NSCs dewasa dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel otak, utamanya oligodendrosit, astrosit dan neuron [2].
d. Endothelial Progenitor Stem Cells (EPCs), dapat ditemukan di sumsum tulang, darah tali pusat, limfa, hati, dinding usus dan pembuluh, dan sirkulasi peredaran darah. EPCs berperan pada proses vaskularisasi atau pembentukan pembuluh darah dan pembentukan lapisan endotel [2].
Pada dasarnya, tidak ada jenis sel tertentu yang paling baik digunakan dalam terapi penyakit tertentu. Namun, penggunaan stem cell paling tepat yaitu disesuaikan dengan sel target yang ingin disembuhkan. Contohnya, penyakit osteoartritis atau pengapuran sendi terjadi karena adanya gangguan pada tulang rawan, maka jenis stem cell yang paling tepat digunakan adalah mesenchymal stem cells (MSCs) [3]. Hal itu karena MSCs dapat berdiferensiasi menjadi kondrosit atau sel tulang rawan. Berbeda halnya dengan penyakit kanker darah, maka jenis stem cell yang paling tepat untuk digunakan adalah hematopoeitic stem cells, karena sel tersebut mampu berdiferensiasi menjadi sel darah yang normal untuk menggantikan sel kanker tersebut [4].
Kesimpulanya, penggunaan suatu jenis stem cell untuk terapi haruslah disesuaikan dengan jenis penyakitnya dan target sel apa yang ingin ditransplantasikan. Sebelum melakukan terapi stem cell ada baiknya pasien melakukan konsultasi pada dokter terlebih dahulu.
Stem Cells
(Sumber. http://www.sciencemag.org/topic/stem-cells)
Reference :
[1] Bindu, H & B. Srilatha. 2011. Potency of various types of stem cells and their transplantation. J Stem Cell Res Ther 1(3) : 1-6 hlm.
[2] Zare, S., S. Kurd, A. Rostamzadeh dan M.A Nilfotoushzadeh. 2014. Types of stem cells in regenerative medicine : A Review. J Skin Stem Cell 1(3): 1-5 hlm.
[3] Mardones, R., C.M Jofré dan J.J Minguell. 2017. Mesenchymal stem cell therapy in the treatment of hip osteoarthritis. J Hip Preserv Surg 4(2): 159—163.
[4] Li, X.L., Xue Y, Yang YJ, Zhang CX, Wang Y, Duan YY, Meng YN dan Fun J. 2015. Hematopoietic stem cells: cancer imvolvement and myeloid leukemia. Eur Rev Med Pharmacol Sci 19 (10): 1829—1836.