Lebih dari 5 juta orang di dunia meninggal setiap harinya akibat luka yang disebabkan oleh kekerasaan, kecelakaan, kebakaran, dan keracunan (WHO, 2014). Indonesia sendiri, luka bakar menyebabkan sekitar 195,000 kematian setiap tahun. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menerima lebih dari 130 pasien luka bakar dari berbagai daerah setiap tahunnya (Wardhana et al., 2017). Dari jumlah pasien luka bakar yang dirawat di RSCM, sekitar 68.6% adalah pasien yang berumur >18 tahun sedangkan 31.4% nya berumur <18 tahun. Mayoritas dari pasien luka bakar di RSCM dikategorikan kedalam third-degree burn (Wardhana A et al., 2017).
Luka bakar merupakan salah satu kasus yang mendapat perhatian di dunia karena berpengaruh terhadap physiological dan psychological dari pasien terkait. Selain itu, proses penyembuhan membutuhkan perawatan jangka panjang dan biaya yang besar. Secara umum, terdapat 3 tingkat luka bakar (Li & Maitz, 2018):
- First degree epithelial burns yang merusak lapisan terluar dari kulit yaitu epidermis
- Second-degree burns yang merusak lapisan tengah atau dermis
- Third-degree burns yang merusak hingga keseluruh lapisan kulit dan dapat menyebabkan infeksi dan sepsis.
Luka bakar menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi kulit sebagai first line of defense terhadap bakteri. Selain itu, kulit juga kehilangan progenitor cell yang berperan penting dalam regenerasi dari kulit (Rowan et al., 2015). Tujuan dari penyembuhan luka bakar adalah untuk mengembalikan struktur dan fungsi dari kulit dengan minimal atau tidak adanya adverse effect. Akan tetapi pengobatan yang ada saat ini tidak terlalu efektif. Oleh karena itu, pengembangan regenerative medicine (pengobatan regenerative) dengan menggunakan stem cell (sel punca) menjadi salah satu harapan untuk korban luka bakar.
Salah satu bentuk penggunaan stem cell (sel punca) pada korban luka bakar dengan penggunaan mesenchymal stem cell (MSC). MSCs merupakan multipotent cells yang memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis jaringan. MSCs yang digunakan kebanyakan berasal dari bone marrow dan jaringan lemak. MSCs berperan dalam proses penyembuhan luka bakar dengan:
- Trans-differentiation menjadi sel sehat untuk menggantikan sel yang telah rusak, seperti keratinocytes, pericytes, and endothelial cells (Ahmadi et al., 2018)
- Efek Paracrine dengan mengeluarkan pro-regenerative cytokines dan growth factors seperti VEGF, stromal cell-derived factor-1, epidermal growth factor, KGF, insulin-like growth factor dan matrix metalloproteinase-9 yang mengaktifkan sel-sel didalam tubuh yang berperan dalam pembentukan jaringan kulit baru (Li & Maitz, 2018)
- Immune modulation dengan mengeluarkan cytokines seperti interferon-?, TNF-?, IL-1?, IL-1?, and nitric oxide untuk mengatur respon sistem imun untuk mencegah adanya infeksi pada saat terjadi luka (Cheng et al., 2017).
Penggunaan autologous and allogenic MSCs telah banyak dipelajari dan terbukti dapat memberikan efek terapi dengan menregenerasi lapisan kulit yang rusak akibat luka bakar. Penggunaan Allogenic human umbilical cord mesenchymal stem cells (hUCMSCs) dan BM-MSC juga telah terbukti aman untuk difunakan pada pasien luka bakar (Li & Maitz, 2018; Ahmadi et al., 2018). Penggunaan MSCs dapat di administrasikan melalui penyuntikan langsung ke lapisan kulit ataupun secara topical. Hal ini bergantung pada severity level dari luka tersebut. MSCs yang diadministrasikan pada luka bakar terbukti dapat berdiferensiasi dan menghasilkan paracrine factors yang berperan dalam proses penutupan dan perbaikan dari luka tersebut (remodeling) (Cheng et al., 2017).
References
- Ahmadi et al. (2018). Stem cells in burn wound healing: a systematic review of the literature. Burns.
- Cheng et al. (2017). Therapeutic use of stem cells in treatment of burn injuries. Burn Care & Research.
- Li & Maitz. (2018). Cell therapy for severe burn wound healing. Burns & Trauma; 6(13): 1-10.
- Rowan et al. (2015). Burn wound healing and treatment: review and advancements. Critical Care: 1-12.
- Wardhana et al. (2017). The epidemiology of burns in Indonesia’s national referral burn center from 2013 to 2015. Burns Open: 67-73.
- World Health Organization. (2014). Injuries and Violence The Facts: 2-3.