Apa itu Penyakit Parkinson?
Penyakit Parkinson adalah gangguan dari sistem saraf pusat1 yang bersifat degeneratif dimana gejalanya semakin memburuk sepanjang waktu. Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf (neuron) pada otak mengalami kegagalan fungsi hingga kematian. Sel-sel saraf ini seharusnya menghasilkan dopamin, yaitu sebuah senyawa kimia yang mengirimkan pesan ke suatu bagian di otak (substansia dan korpus striatum)2 untuk mengendalikan gerakan dan koordinasi otot. Pada perkembangan penyakit Parkinson, jumlah dopamin yang dihasilkan di otak menurun, sehingga penderita tidak dapat mengendalikan gerakannya secara normal3.
Parkinson juga terkait dengan pembentukan gumpalan protein yang disebut alpha-synuclein di otak. Alpha-synuclein adalah konstituen protein utama dari Lewy bodies. Keberadaan Lewy bodies menjelaskan mengapa adanya gejala nonmotorik yang dialami penderita Parkinson4. Terdapat 5 fase dalam penyakit Parkinson, yaitu :
- Fase 1 – Pasien mengalami gejala ringan seperti tremor dan kehilangan keseimbangan. Tipe seperti ini terjadi pada satu anggota tubuh saja.
- Fase 2 – Gejala pada fase ini mempengaruhi bilateral anggota tubuh dan kedua sisi tubuh (kanan-kiri).
- Fase 3 – Ketidakmampuan untuk berjalan atau berdiri mencakup pergerakan fisik yang melambat.
- Fase 4 – Gejala parah terlihat namun pasien masih bisa berjalan. Kekakuan dan bradykinesia sering terlihat. Tremor pada tahap awal mungkin kurang bahkan menjadi tidak ada.
- Fase 5 – Pada fase akhir penyakit Parkinson, pasien sudah tidak bisa merawat dirinya sendiri dan mungkin tidak dapat berdiri atau berjalan. Pasien pada tahap ini membutuhkan perawatan konstan
Bagaimana Pengobatan Parkinson saat ini?
Pengobatan saat ini untuk Parkinson termasuk dengan menggunakan obat Levodopa, yang ditemukan pada tahun 1960-an. Levodopa diubah menjadi dopamin dalam tubuh, sehingga bertindak sebagai pengganti untuk dopamin yang hilang. Beberapa obat lain bertindak seperti dopamin untuk merangsang sel-sel saraf. Pasien dengan parkinson juga diobati dengan terapi okupasi, fisioterapi, diet sehat dan olahraga.  Operasi bedah, seperti stimulasi otak dengan elektroda implan, digunakan untuk mengobati gejala lanjutan dari penyakit ini.
Terapi Stem Cell pada Penyakit Parkinson
Selama bertahun-tahun gold standard dalam pengobatan penyakit Parkinson adalah meningkatkan jumlah dopamin di sistem saraf pusat secara nonspesifik. Seiring waktu, pengobatan ini kehilangan khasiat dan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dan terkadang parah. Namun, perkembangan menarik saat ini adalah memanfaatkan manfaat terapeutik dari Stem Cell untuk mengatasi kondisi ini.
Apa itu Stem Cell?
Stem Cell adalah precursor semua tipe sel dari organ dan jaringan dalam tubuh manusia. Stem Cell memiliki peranan penting dalam memastikan regenerasi secara terus menerus sel-sel yang menua atau mati. Stem Cell dapat melakukan fungsi mempertahankan fasa undifferentiated dan juga fungsi differensiasi menjadi sel yang mempunyai fungsi spesifik sebagai respon sinyal dari organisme, termasuk dopamine-ergic neurons.
Bagaimana Terapi Stem Cell pada Penyakit Parkinson?
Penggunaan terapi berbasis Stem Cell pada Parkinson didasarkan pada dua strategi yang berbeda, yaitu eksogen dan endogen. Eksogen melibatkan pengenalan populasi sel (yaitu melalui transplantasi) ke dalam otak untuk menggantikan sel-sel otak yang hilang. Sedangkan pada endogen, Stem Cell melepaskan senyawa kimia yang disebut sitokin yang dapat memacu otak untuk memperbaiki sel-sel yang hilang melalui peningkatan poliferasi, diferensiasi dan regenerasi stem cell endogen (endogenous regeneration).
Sumber-sumber Stem Cell yang mungkin untuk terapi Penyakit Parkinson5. 1) Neural Stem Cells (NSCs) dari fetal, diekspansi dan didiferensiasikan menjadi neuron penghasil dopamine (DA-ergic Neurons); 2) Pluripotent Stem Cells dari blastosit (Embryonic Stem Cells (ESCs)) atau fibroblas (Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs)), diekspansi dan didifferensiasi menjadi DA-ergic Neurons; 3) DA-ergic Neurons yang didapat dengan konversi langsung dari fibroblast; 4) Bone marrow-derived mesenchymal stem cells (MSCs). Namun penggunaan ESC dan Fetal NSC masih menimbulkan pertanyaan etis, sedangkan jika dari Bone Marrow masih terdapat masalah prosedur pengambilan yang invasive (menyakitkan).
Dari clinicaltrial.gov juga sudah ada yang melakukan uji klinis terapi Penyakit Parkinson menggunakan Stromal Vascular Fraction (SVF), dengan nomor registrasi NCT021845466. Uji klinis dilakukan secara autologous (dari tubuh pasien untuk dirinya sendiri) dengan sumber lemak yang diambil secara mini-liposuction (minimum invasive). Uji klinis ini masih berjalan dan belum ada hasil yang dipublikasikan.
Stem Cell yang ditransplantasikan harus dapat5 (a) membantu pelepasan dopamin dan molekuler, elektrofisiologi, dan sifat morfologi yang serupa dengan neuron pada substantia nigra; (b) memungkinkan kelangsungan hidup lebih dari 100.000 neuron dopamin per putamen manusia; (c) membangun kembali jaringan dopamin di dalam striatum dan mengembalikan konektivitas fungsional dengan sirkuit saraf extra-striatal; (d) mengembalikan defisit motorik dan menginduksi mayor simptomatik jangka panjang pada pasien; dan (e) tidak menghasilkan efek samping seperti pembentukan tumor, reaksi kekebalan dan GID (graft-induced dyskinesias).
Referensi :
- Jankovic J. J Neurol Neurosurg Psychiatr, 2008; 79 (4): 368-76.
- Sharma VK. International Journal of Pharmacy and  Pharmaceutical Sciences, 2012; 4(1):1-5.
- Wenker SD., et al. Cell therapy for Parkinson’s disease: Functional role of the host immune response on survival and differentiation of dopaminergic neuroblasts. 2016; 1638 (Pt A): 15-29.
- Â Parkinson Disease Foundation. 2017. http://www.pdf.org/about_pd.
- Politis M, Lindvall O. Clinical application of stem cell therapy in Parkinson’s disease. 2012. Â doi: 10.1186/1741-7015-10-1.
- https://www.clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT02184546?term=stemgenex&rank=2