Terapi sel atau cell therapy diartikan sebagai transfer materi seluler autologus maupun alogenik ke pasien untuk tujuan pengobatan regeneratif. Terapi sel dewasa ini marak dilakukan karena teruji dapat meningkatkan keadaan pasien dengan berbagai penyakit kritis seperti stroke, diabetes, maupun kanker. Terdapat berbagai jenis terapi berbasis sel yang sudah dilakukan hingga saat ini, yaitu terapi berbasis sel punca (stem cells) dan terapi berbasis sel non-sel punca. Terapi berbasis sel punca umumnya menggunakan sel punca mesenkim (MSC), hematopoietik (HSC), induced pluripotent stem cell (iPSC), dan lain-lain. Sementara itu, terapi berbasis sel non-sel punca yang sudah dilakukan yaitu menggunakan sel fibroblas, kondrosit, hepatosit, keratinosit, dan berbagai sel imun termasuk sel T, Natural Killer (NK), dendritik, dan makrofag.
Riset terkait terapi berbasis sel punca telah banyak dilakukan. Hal tersebut diketahui melalui angka riset yang terdaftar di mana terdapat lebih dari 9000 uji klinis (clinicaltrials.gov “stem cells” 31/8/22) terapi sel punca dilakukan. Riset terkait terapi berbasis sel punca memiliki cakupan yang luas baik pada penyakit saraf, ortopedi, mata, reproduksi, dan lain-lain. Beberapa Berdasarkan tren terapi sel punca yang meningkat maka terdapat demand untuk produk berbasis sel punca. Beberapa instansi di luar negeri seperti Korea dan Jepang telah mengembangkan produk berbasis sel punca dan sudah diberi izin penggunaan. Hal tersebut memungkinkan untuk masyarakat luas mendapatkan manfaat sel punca.
Riset terkait terapi berbasis sel imun salah satunya sel T ataupun sel CAR-T (Chimeric Antigen Receptor-T cells) juga telah banyak dilakukan khususnya untuk berbagai penyakit kanker. Hasil riset dunia menunjukkan bahwa riset terapi sel CAR-T terus meningkat hingga telah mencapai angka 11000 uji klinis dilaksanakan (clinicaltrials.gov “T cell” 31/8/22). Sebanyak enam jenis terapi sel berbasis sel CAR-T telah disetujui oleh FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika Serikat sejak tahun 2017, yaitu untuk kasus limfoma, mieloma multipel, dan leukemia. Sementara itu, riset terapi berbasis sel dendritik juga sedang gencar dilakukan. Uji klinis berbasis terapi sel dendritik sedang dilakukan untuk penyakit kanker payudara, kanker kandung kemih, kanker kulit, tumor otak, artritris rheumatoid, dan lain-lain.
Terapi berbasis sel tidak tanpa tantangan. Di tengah maraknya uji klinis terapi sel, masih terdapat beberapa tantangan. Tantangan tersebut antara lain terkait efisiensi dan keamanan terapi sel, produksi massal produk berbasis sel yang terstandar, serta monitoring dampak jangka panjang pasca terapi sel. Tantangan-tantangan tersebut lah yang terus diupayakan melalui berbagai riset di seluruh Dunia
Daftar Acuan:
Bashor, C.J., Hilton, I.B., Bandukwala, H.,Smith, D.M. & O. Veiseh. 2022. Engineering the next generation of cell-based therapeutics. Nat. Rev. Drug. Discov. 21: 655–675.
Gardner, A., de Mingo Pulido, A. & B. Ruffell. 2020. Dendritic cells and their role in immunotherapy. Front. Immunol. 11: 1 -14.
Ghasroldasht, M.M., Seok, J., Park, H.-S. , Ali, F.B.L & A. Al-Hendy. 2022. Stem cell therapy: From idea to clinical practice. Int. Jour. Mol. Sci. 2022(23): 1-21.
National Cancer Institute. 2022. CAR T Cells: Engineering Patients’ Immune Cells to Treat Their Cancers. 1 hlm. https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/research/car-t-cells: 29 Agustus 2022 pk. 11.35 WIB.
Wright, A., Arthaud-Day, M.L. and M.L. Weiss. 2021. Therapeutic Use of Mesenchymal Stromal Cells: The Need for Inclusive Characterization Guidelines to Accommodate All Tissue Sources and Species. Front. Cell Dev. Biol. 9: 1-18.