Stem cell atau sel induk merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel di dalam tubuh (pluripotensi). Setiap pembelahan sel dari stem cell akan menjadi jenis sel yang memiliki fungsi khusus seperti sel otot, sel darah, sel saraf, hingga sel otak. Saat ini, terapi stem cell menjadi pilihan pengobatan baru untuk mengobati penyakit-penyakit neurologis seperti Parkinson, Alzheimer, cedera saraf tulang belakang, stroke, cerebral palsy, Batten, amyotrophic lateral sclerosis, pemulihan pengelihatan, hingga penyakit neuro-degeratif lainnya (UI Hassan et al., 2009). Penyakit neuro-degeneratif umumnya tidak dapat diubah, hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya proses regenerasi pada sistem saraf pusat. Oleh karena itu, berdasarkan kapasitas regenerasi stem cell yang tinggi, terapi stem cell memiliki prospek pengobatan yang unggul didukung dengan studi, penelitian, hingga uji pra-klinis yang telah dilakukan. Sebagian besar hasil penelitian terapi stem cell yang dilakukan secara in-vitro menunjukkan efek terapeutik yang berhasil. Oleh karena itu, penggunaan stem cell menjadi pilihan yang menjanjikan dalam pengobatan penyakit sistem saraf (Song et al., 2018).
Gambar 1. Terapi Stem Cell untuk Penderita Alzheimer (Nagahara AH, et al., 2009). Sumber : https://www.amhonline.org/viewimage.asp?img=ArchMentHealth_2018_19_1_3_235314_f3.jpg
               Indonesia sudah menjadi salah satu negara yang telah melakukan terapi stem cell di beberapa rumah sakit. Beberapa kasus gangguan neurologi yang sedang dalam fase uji klinis menggunakan terapi stem cell diantaranya adalah kelumpuhan akibat cedera saraf belakang hingga stroke. Untuk kasus stroke, human umbilical cord blood cells (HUCBC) digunakan dalam terapi perbaikan sel saraf sebagai bentuk perawatan pasca stroke (Neurorestorasi). Pemberian HUCBC pada pasien stroke mampu mendukung pemulihan fungsional dan anatomi dengan melemahkan peradangan saraf dan juga merangsang perlindungan saraf (Wijayanti, 2016). Untuk kasus cedera saraf tulang belakang, terapi stem cell berjenis iPSC-dNSC telah dibuktikan mampu menginisiasi terjadinya regenerasi sel neuron pada lokasi lesi cedera dan sekaligus meredakan kondisi inflamasi yang terjadi pasca-trauma. Terapi tersebut berpeluang tinggi untuk dijadikan terapi utama untuk penderita cedera saraf tulang belakang (Glenardi et al., 2019).
Pengobatan kasus gangguan neurologi seperti Parkinson, Alzheimer, stroke, hingga cedera saraf tulang belakang masih terbatas di Indonesia. Meskipun terbilang terbatas, sudah terdapat beberapa rumah sakit di Indonesia yang melakukan terapi stem cell. Terapi yang diberikan hingga saat ini masih berbasis riset. Namun, hasil uji klinis menunjukkan bahwa terapi stem cell sebagai pengobatan kasus gangguan neurologi memiliki potensi yang menjanjikan.
Reference
Glenardi., Mangkuliguna G. & Tanadi, C. 2019. Kombinasi IPSC-DNSC berbasis μCPP 3D-Printed Biomimetic Scaffolds dan antiHMGB1 MAB: inovasi terapi regenerative terbaru bagi par penderita spinal cord injury. ESSENTIAL: Essence of Scientific Medical Journal. 17(1): 16—24.
Nagahara AH., Merril DA., Coppola G., Tsukada S., Schroeder BE., Shaked GM., Wang L., et al. 2009. Neuroprotective Effects of Brain-Derived Neurotrophic Factor in Rodent and Primate Models of Alzheimer’s Disease. Nat Med. 15(3) : 331-337.
Song CG., Zhang YZ., Wu HN., et al. 2018. Stem cells: a promising candidate to treat neurological disorders. Neural Regeneration Research. 13(7): 1294—1304. Â
Ul Hassan A., Hassan G., Rasool Z. 2009. Role of stem cells in treatment of neurological disorders. International Journal of Health Sciences. 3(2): 227—233. Â
Wijayanti, S. 2016. Peranan neurorestorasi pada pasien stroke iskemik. Acara Ilmiah Klinik Madya Neurologi FK UNUD, RSUP SANGLAH.