Spinal Cord Injury

Spinal cord injury (SCI) atau cedera sumsum tulang belakang merupakan salah satu gangguan pada sistem saraf yang memiliki proses patologis yang rumit dan heterogen, terlebih, bahwa mamalia diketahui tidak dapat meregenerasi sumsung tulangnya setelah terjadi cedera (Qu & Zhang 2017). Cedera sumsum tulang belakang dapat menyebabkan defisit neurologis permanen, termasuk cacat motorik dan sensorik dengan tingkat kecacatan fisik dan mortalitas yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada fisik dan mental pasien. Umumnya, SCI disebabkan oleh kecelakaan kendaraan, jatuh, tindakan kekerasan, dan aktivitas fisik (Fracaro et al., 2020).

Patologis dari SCI ini terdapat 2 tahap yakni 1) cedera primer, yang memicu kerusakan pada sumsum tulang belakang, dan 2) cedera sekunder, merupakan peristiwa yang timbul setelah terjadinya cedera awal. Cedera primer biasanya merupakan faktor penentu tingkat keparahan dan efeknya bervariasi sesuai dengan lokasi yang terkena cedera (Ahuja et al., 2017). Setelah terjadi cedera, kejadian sekunder seperti iskemia (kekurangan suplai darah), anoksia (kekurangan oksigen) dan inflamasi (peradangan) selanjutnya akan membahayakan jaringan yang terluka. Sel-sel inflamasi selanjunya akan migrasi ke daerah yang terluka untuk melepaskan sitokin inflamasi, pembentukan radikal bebas atau yang disebut sebagai reactive oxygen species (ROS) yang akan menyebabkan kerusakan DNA, oksidasi protein,  ketidakseimbangan ion (Fracaro et al., 2020).

Setelah terjadinya SCI, pasien tidak dapat meregenerasi kembali jaringan saraf, sehingga menyebabkan disabilitas berkepanjangan (Qu & Zhang 2017). Beberapa pengobatan yang digunakan untuk SCI hanya mencoba untuk mengurangi efek samping dan memproteksi jaringan saraf yang rusak. Bedah dekomprasi merupakan salah satu pengobatan untuk menghilangkan tekanan, mengurangi hipoksia dan iskemia yang disebabkan oleh edema (pembengkakan) dan pendarahan (Ahuja et al., 2017; Rouanet et al., 2017). Strategi pengobatan saat ini untuk SCI termasuk pembedahan dekompresi dan farmakoterapi, bukan merupakan gold standard yang efektif untuk kondisi yang sudah hancur ini. Selain inefisiensi pengobatan standar tersebut juga terdapat efek samping (Gazdic et al., 2018). Oleh karena itu, diperlukanlah strategi pengobatan baru agar dapat meregenerasi dan memperbaiki jaringan yang rusak.

Terapi sel punca atau stem cell merupakan harapan baru yang menjanjikan untuk meregenerasi jaringan pada SCI. Salah satu sel punca dewasa yang dapat digunakan adalah Mesenchymal Stem Cells (MSCs) yang memiliki sifat untuk memperbaiki, diferensiasi atau mengubah dirinya menjadi sel yang dibutuhkan, dan imunomodulator sehingga rendah risiko penolakan. Selain itu, alasan lain MSCs menjadi kandidat utama dalam regenerasi jaringan yaitu karena dapat melepaskan faktor bioaktif untuk mencegah kematian sel, menghambat pembentukan jaringan parut, dan pembentukan pembuluh darah baru (Caplan 2017).

Setelah studi pada hewan dilakukan, menunjukan adanya perbaikan dan peningkatan fungsi setelah SCI oleh pengobatan MSCs, beberapa uji klinis pun telah dilakukan. Uji klinis tersebut menunjukan bahwa transplantasi sel punca aman dan memberikan manfaat untuk pasien dengan metode aplikasi dan prosedur yang beragam (Miao et al., 2015). Melalui sekresi atau pelepasan senyawa aktif oleh MSCs yang disebut juga sebagai sekretom, dapat menstimulasi proliferasi (perbanyakan) dan diferensiasi sel. Sekretom MSCs dapat menghasilkan imunomodulasi, anti inflamasi, faktor neuro protektif dan efek angiogenik (pembentukan pembuluh darah) sebagaimana dibutuhkan dalam kasus SCI (Cofano et al., 2019).

 

Reference:

Ahuja CS, Nori S, Tetreault L, Wilson J, Kwon B, et al. 2017. Traumatic spinal cord injury-repair and regeneration. Neurosurgery. 80:S9-22.

Caplan AI. 2017.

Cofano F, Boido M, Monticelli M, Zenga F, Ducati A, Vercelli A, et al. 2019. Mesenchymal stem cells for spinal cord injury: current options, limitations, and future of cell therapy. International Journal of Molecular Sciences. 20, 2698.

Fracaro L, Zoehler B, Rebelatto CLK. 2020. Mesenchymal stromal cells as a choice for spinal cord injury treatment. Neuroimmunology and Neuroinflammation. 7:1-12.

Gazdic M, Volarevic V, Harrel cr, Fellabaum C, Jovicic N, Arsenijevic N, et al. 2018. Stem cells therapy for spinal cord injury. International Journal of Molecular Science. 19, 1039.

Miao X, Wu X, Shi W. 2015. Umbilical cord mesenchymal stem cells in neurological disorders: a clinical study. Indian Journal of Biochemistry & Biophysics. 52 (2): 140-146.

Rouanet C, Reges D, Rocha E, Gagliardi V, Silva GS. 2017. Traumatic spinal cord injury: current concepts and treatment update. Arq Neuropsiquiatr. 75:387-93.

Qu J, Zhang H. 2017. Roles of Mesenchymal Stem Cells in Spinal Cord Injury. Stem Cells International. Hindawi.

Informasi Lainnya

Stem cell untuk Kebotakan
Article
Atasi Kebotakan dengan Stem Cell
Pengobatan Menjanjikan Mengembalikan Rambut yang Hilang dengan Stem Cell dan Secretome Atasi kebotakan dengan stem ...
Article
Stem Cell untuk Jantung, Perkembangan Pengobatan untuk Serangan Jantung
Stem cell untuk jantung telah banyak diteliti, mengingat serangan jantung yang terjadi tanpa bisa diperkirakan ...
Article
Stem Cell untuk Rejuvenasi Kulit: Apa Saja Manfaatnya?
Stem Cell untuk Rejuvenasi Kulit: Apa Saja Manfaatnya? Stem cell untuk rejuvenasi menjadi populer pasalnya ...
Bukti Klinis Stem Cell untuk Cerebral Palsy
Article
Bukti klinis Stem Cell untuk Cerebral Palsy Berdasarkan Laporan Studi Kasus
Bukti klinis Stem Cell untuk Cerebral Palsy Berdasarkan Laporan Studi Kasus  Cerebral Palsy  Bukti klinis ...
Pengobatan Stem Cell untuk Epidermolisis Bullosa
Article
Pengobatan Stem Cell untuk Epidermolisis Bullosa
Stem Cell Mesenkimal Tali Pusat dan Sekretom dalam Penyembuhan Luka pada Kasus Junctional Epidermolisis Bullosa ...
Stem cell dan Secretome untuk Anti Aging
Article
Laporan Keberhasilan Stem Cell dan Secretome untuk Anti aging
Laporan keberhasilan stem cell untuk kasus estetika telah banyak membawa bukti efektivitas stem cell untuk ...
Scroll to Top