Stem Cell untuk Luka Bakar

Luka bakar merupakan kerusakan yang terjadi pada jaringan epidermis akibat terpapar atau kontak dengan sumber panas. Ciri-ciri luka bakar antara lain berupa warna kemerahan, edema atau bengkak, nyeri, dan bullae atau melepuh (Herdawati & Evi 2019). Hampir sebesar 1-1.5% dari populasi negara berkembang mengalami luka bakar (Gottrup et al. 2010). Sedangkan di Indonesia, prevalensi luka bakar memiliki persentase sebesar 0.7% dengan usia 1-4 tahun, menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 (Syuhar et al. 2015).

Penyembuhan luka sendiri membutuhkan waktu yang tidak singkat karena terdiri dari proses yang cukup kompleks. Sejumlah senyawa dan sel-sel saling bekerja sama untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Secara umum, perbaikan jaringan terdiri dari 3 tahap: inflamasi, pembuatan jaringan baru, dan remodeling. Proses penyembuhan ini memakan waktu hingaa 12 bulan (Gurtner et al. 2008).

Gambar. 1 Anatomi luka pada jaringan

Pengobatan luka bakar terstandar masih berfokus pada pengangkatan bagian yang menggangu dengan harapan dapat mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan (Martin 1997; Velnar et al. 2009). Namun, metode ini tergolong cukup mahal, memakan waktu banyak, tidak efisien, dan lebih dari 50% luka sukar disembuhkan (Mostoe et al. 2006). Pengobatan tradisional juga kerap dilakukan dengan mengonsumsi obat anti inflamasi seperti obat-obat golongan steroid. Obat golongan steroid terbukti dapat mengurangi inflamasi dan rasa nyeri (Stubhaug et al. 2007; Huang et al. 2015). Seiring berkembangnya ilmu, metode-metode baru untuk penyembuhan luka semakin banyak ditemukan. Salah satunya adalah penggunaan sel punca, khususnya sel punca mesenkimal atau mesenchymal stem cells (MSCs).

MSCs merupakan sel yang belum terdiferensiasi menjadi sel spesifik. MSCs dalam lingkungan yang tepat dapat berdiferensiasi menjadi adiposity, osteosit, dan kondrosit. Selain itu, MSCs juga berfungsi sebagai immunomodulator (Rodgers & Jadhav 2017). Dalam penyembuhan luka, MSCs berperan dalam mengeluarkan senyawa-senyawa sinyal tertentu untuk mengaktifkan dan memanggil sel-sel imun ke lokasi luka.

Gambar. 2 Skema proses penyembuhan luka

Ketika proses inflamasi, sel-sel imun di lokasi dekat luka akan mengeluarkan sinyal untuk mengaktifkan MSCs yang juga terdapat di dekat lokasi luka. Kemudian pada prose proliferasi, MSCs akan mengeluarkan faktor pertumbuhan dan adanya migrasi sel fibroblast, keratinosit, dan sel endotel untuk memproduksi matriks ekstraseluler. Tahap terakhir yaitu remodeling atau pembentukan sel-sel epitel baru. Kolagen, elastin, fibronectin, dan senyawa pembentuk jaringan lainnya disintesis pada tahap ini dan menghasilkan lapisan epidermis yang baru (Gaur et al. 2017).

 

DAFTAR PUSTAKA

Gaur M, Dobke M, Lunyak VV. 2017. Mesenchymal stem cells from adipose tissue in clinical applications for dermatological indications and skin aging. International Journal of Molecular Sciences. 18 (208): 1-29.

Gottrup F, Apelqvist J, Price P. 2010. Outcomes in controlled and comparative studies on non-healing wounds: recom- mendations to improve the quality of evidence in wound management. Journal Wound Care. 19: 237–268.

Gurtner GC, Werner S, Barrandon Y, Longaker MT. 2008. Wound repair and regeneration. Nature. 453: 314–321.

Herdawati T, Kurniawaty E. 2019. Sel punca mesenkimal sebagai terobosan terapi pada luka bakar derajat II. Journal Majority. 8 (2): 299-304.

Huang G, Liang B, Liu G, Liu K, Ding Z. 2015. Low dose of glucocorticoid decreases the incidence of complications in severely burned patients by attenuating systemic inflammation. J Crit Care. 30: e7–11.

Martin P. 1997. Wound healing–aiming for perfect skin regener- ation. Science. 276 (5309): 75–81.

Mustoe TA, O’Shaughnessy K, and Kloeters O. 2006. Chronic wound pathogenesis and current treatment strategies: a unifying hypothesis. Plastic and Reconstructive Surgery. 117 (7S): 35S–41S.

Rodgers K, Jadhav SS. 2017. The application of mesenchymal stem cells to treat thermal and radiation burns. Advanced Drug Delivery Reviews. 1-7.

Stubhaug A, Romundstad L, Kaasa T, Breivik H. 2007. Methylprednisolone and ketorolac rapidly reduce hyperalgesia around a skin burn injury and increase pressure pain thresholds. Acta Anaesthesiol Scand. 51: 1138–46.

Syuhar M N, Windarti I, Kurniawati E. 2015. Perbandingan tingkat kesembuhan luka bakar derajat II antara pemberian madu dengan tumbukan daun binahong pada tikus. Journal Majority. 6 (1): 103–12.

Velnar T, Bailey T, and Smrkolj V. 2009. The wound healing process: an overview of the cellular and molecular mechanisms. Journal of International Medical Research. 37 (5): 1528–1542.

Informasi Lainnya

News
Pentingnya Pengelolaan Bahan Baku terhadap Mutu Produk Sel untuk Aplikasi Klinis
Pengelolaan bahan baku dalam pengolahan produk sel untuk aplikasi klinis, banyak aspek yang harus diperhatikan, ...
News
PENTINGNYA KOLABORASI TIM : Sinergisitas Antar Karyawan Membangun Pondasi Kuat Demi Terwujudnya Misi Perusahaan
Kolaborasi tim dalam lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai proses di mana sekelompok individu dengan berbagai ...
News
ProSTEM Menghadiri Konferensi ACTO 2022
Dr. Cynthia R. Sartika, M.Si selaku direktur ProSTEM menghadiri langsung acara tersebut untuk saling berbagi ...
Article
Darah Tali Pusat: Potensi Terapi Terkini
Darah Tali Pusat: Potensi Terapi Terkini Cord Blood atau Darah Tali Pusat (DTP) telah dilaporkan ...
Article
Jaminan Mutu Terhadap Produk Stem Cell, Cell dan Turunannya
Produk sel punca banyak digunakan dalam usaha terapi pengobatan penyakit maupun kegiatan penelitian. Dalam menjamin ...
Loker Finance Jakarta
Article
Perkembangan Riset Sel Punca Didunia dan di Indonesia
Walaupun telah ditemukan sejak tahun 1998, baru sekitar 10 tahun belakangan ini perkembangan riset sel ...
Scroll to Top