Pendekatan Baru dalam Pengobatan Jerawat: Peran Mikrobioma, Probiotik, dan Sekretom

Acne vulgaris

Acne vulgaris atau jerawat merupakan masalah kulit yang umum terjadi dan dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Selama bertahun-tahun, antibiotik telah menjadi terapi utama dalam menangani jerawat sedang hingga berat. Namun, peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik telah menjadi tantangan besar dalam dunia medis (Dréno et al., 2018). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan baru yang tidak hanya menargetkan bakteri penyebab jerawat, tetapi juga memperbaiki keseimbangan mikrobioma baik di kulit maupun di usus.

Resistensi Antibiotik dalam Pengobatan Jerawat

Resistensi terhadap antibiotik semakin meningkat, terutama pada antibiotik yang digunakan untuk mengobati jerawat, yang selama ini menjadi terapi standar untuk kasus jerawat sedang hingga berat. Penelitian menujukkan bahwa tujuan penggunaan antibiotik adalah untuk membunuh atau mengurangi aktivitas Cutibacterium acnes, bakteri utama penyebab jerawat. Namun, kini ditemukan bahwa beberapa jenis antibiotik, seperti doksisiklin, minosiklin, tetrasiklin, gentamisin, eritromisin, dan azitromisin, menjadi kurang efektif karena bakteri tersebut telah mengembangkan resistensi (Legiawati et al., 2023)

Peran Mikrobioma dalam Perkembangan Jerawat

Mikrobioma, baik di usus maupun di kulit, memainkan peran penting dalam regulasi sistem imun. Ketidakseimbangan mikrobiota usus (gut dysbiosis) dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas usus, yang memungkinkan zat penyebab inflamasi seperti lipopolisakarida endotoksin masuk ke dalam aliran darah. Hal ini dapat memicu respons peradangan sistemik, termasuk di kulit, yang berkontribusi pada munculnya jerawat (Dréno et al., 2020). Dengan demikian, menjaga keseimbangan mikrobioma merupakan pendekatan potensial dalam pengobatan jerawat.

Probiotik sebagai Terapi Tambahan untuk Jerawat

Probiotik, yang mengandung bakteri baik seperti Lactobacillus and Bifidobacterium, dapat membantu mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus dan mengurangi peradangan yang berkontribusi pada jerawat. Beberapa manfaat probiotik dalam pengobatan jerawat meliputi (Abdu-Allah., 2020; Goodarzi et al., 2020) :

  • Menyeimbangkan mikrobiota usus dan kulit
  • Bertindak sebagai imunomodulator untuk mengurangi peradangan
  • Menghambat pertumbuhan bakteri patogen penyebab jerawat
  • Memperbaiki integritas lapisan usus untuk mencegah kebocoran zat inflamasi
  • Meningkatkan produksi metabolit seperti SCFA (short-chain fatty acids), triptofan, dan bakteriosin yang berperan sebagai antibakteri alami

Sekretom sebagai Terapi Anti-Inflamasi

Selain probiotik, sekretom juga menunjukkan potensi besar dalam mengatasi jerawat, terutama dalam mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan. Sekretom bekerja dengan cara (Arifka & Wathoni et al., 2022; Műzes et al., 2022, Marx et al., 2021):

  • Menghambat jalur sinyal inflamasi seperti STAT3, TLR4, dan NFκB
  • Mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1β, IL-6, IL-17, TNFα, dan IFNγ
  • Meningkatkan konversi makrofag M1 ke M2 yang bersifat anti-inflamasi
  • Mempercepat proses penyembuhan luka dengan memperbaiki migrasi keratinosit
  • Mengurangi risiko pembentukan jaringan parut dengan menghambat jalur TGFβ1,2/SMAD dan Wnt/β-Catenin

Pendekatan baru dengan probiotik dan sekretom ini memberikan harapan baru untuk pengobatan acne vulgaris, terutama bagi mereka yang mengalami resistensi terhadap antibiotik atau ingin menghindari efek samping dari terapi konvensional.

ProSTEM bersama apt. Ida Ayu Manik Partha Sutema, S.Farm., M.Farm, melakukan penelitian untuk mengkaji pendekatan baru dengan probiotik dan sekretom dalam memberikan harapan baru untuk pengobatan acne vulgaris.

 

Reference

Abdu-Allah, S.N., Magtooph, M.G. and Mahmood Alubadi, A.E. (2020). Effect of cell-free supernatants (CFS) of lactobacillus acidophilus and bacillus subtilis against staphylococcus aureus isolated from acne vulgaris and biofilm formation. Biochemical and Cellular Archives, 20(1), pp. 1703–1709. Available at: https://doi.org/10.35124/bca.2020.20.1.1703

Arifka, M., Wilar, G., Elamin, K. M., & Wathoni, N. (2022). Polymeric Hydrogels as Mesenchymal Stem Cell Secretome Delivery System in Biomedical Applications. Polymers14(6), 1218. https://doi.org/10.3390/polym14061218

Dréno, B., Pécastaings, S., Corvec, S., Veraldi, S., Khammari, A., & Roques, C. (2018). Cutibacterium acnes (Propionibacterium acnes) and acne vulgaris: a brief look at the latest updates. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology : JEADV32 Suppl 2, 5–14. https://doi.org/10.1111/jdv.15043

Dréno, B., Dagnelie, M. A., Khammari, A., & Corvec, S. (2020). The Skin Microbiome: A New Actor in Inflammatory Acne. American journal of clinical dermatology21(Suppl 1), 18–24. https://doi.org/10.1007/s40257-020-00531-1

Goodarzi, A., Mozafarpoor, S., Bodaghabadi, M., & Mohamadi, M. (2020). The potential of probiotics for treating acne vulgaris: A review of literature on acne and microbiota. Dermatologic therapy33(3), e13279. https://doi.org/10.1111/dth.13279

Legiawati, L., Halim, P. A., Fitriani, M., Hikmahrachim, H. G., & Lim, H. W. (2023). Microbiomes in Acne Vulgaris and Their Susceptibility to Antibiotics in Indonesia: A Systematic Review and Meta-Analysis. Antibiotics (Basel, Switzerland), 12(1), 145. https://doi.org/10.3390/antibiotics12010145

Marx, C., Gardner, S., Harman, R. M., Wagner, B., & Van de Walle, G. R. (2021). Mesenchymal stromal cell-secreted CCL2 promotes antibacterial defense mechanisms through increased antimicrobial peptide expression in keratinocytes. Stem cells translational medicine, 10(12), 1666–1679. https://doi.org/10.1002/sctm.21-0058

Műzes, G., & Sipos, F. (2022). Mesenchymal Stem Cell-Derived Secretome: A Potential Therapeutic Option for Autoimmune and Immune-Mediated Inflammatory Diseases. Cells11(15), 2300. https://doi.org/10.3390/cells11152300

Bagi yang tertarik mengikuti penelitian dapat mengakses link berikut: