Hingga kini, sel punca telah menjadi bagian penting dalam perkembangan riset dalam industri medis dan farmasi. Kemampuan sel punca yang bisa melakukan self-renewal menarik banyak perhatian para peneliti dan praktisi klinis. Diharapkan, sel punca dapat mengganti sel yang mengalami kerusakan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung bagi sel memperbanyak diri.
Berdasarkan data dari Alliance for Regenerative Medicine, terdapat 959 perusahaan penyakit regenerative mensponsori 1052 kasus clinical trial, 525 berasal dari Amerika Utara, 233 di Eropa dan Israel sementara 166 terdapat di Asia. Jika ditotal, 7.4 miliar dollar telah diinvestasikan pada perusahaan tersebut dengan 3.3 milliar adalah untuk terapi berbasis sel.
Sepanjang tahun 1996 – 2012, publikasi terkait sel punca di dunia yang terekam pada SCOPUS selalu meningkat dengan sel punca embrionik sebagai topik yang paling banyak diangkat. Jika dibandingkan, aktivitas penelitian berbagai negara, Singapura, Itali, Jepang, dan Israel menunjukkan aktivitas penelitian yang lebih tinggi dengan rata-rata >1.5 kali lebih tinggi dari level global.
Penelitian sel punca di Canada, membebaskan peneliti dalam menggunakan embrio yang gagal terfertilisasi, namun cloning tidak boleh dilakukan. Beda hal dengan Korea Selatan, negara ini lebih fleksibel sehingga penelitian sel puncanya berkembang sangat pesat. Korea Selatan telah mampu memproduksi sel punca yang sesuai secara genetic dengan pasien dari seluruh ras.
Sebagai salah satu negara dengan penelitian sel punca yang berkembang pesat, Indonesia masih terus menyumbangkan publikasi jurnal dan case report. Tidak ada perbedaan mencolok antara penelitian Indonesia dan dunia, hanya saja regulasi Indonesia yang lebih ketat dalam mengatur izin penelitian dan terapi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) No 32 Tahun 2018, untuk sel punca yang berbahan baku dari embrio, hewan, dan juga dari tumbuhan tidak diperbolehkan.
Salah satu topik penelitian yang masih hangat dilakukan adalah terapi sel punca untuk menangani COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Sel punca diharapkan dapat menanggulangi permasalahan ARDS (acute respiratory distress syndrome) pada kasus kritis dan memberikan efek anti-inflamasi.
Referensi
- https://www.weforum.org/agenda/2020/01/how-will-stem-cells-impact-the-future-of-medicine/
- https://www.elsevier.com/research-intelligence/research-initiatives/stem-cell-research
- http://www.explorestemcells.co.uk/stemcellresearcharoundworld.html
- https://en.antaranews.com/news/154062/ministry-conducts-clinical-trial-for-stem-cells-to-treat-covid-19