Hingga saat ini, salah satu penyebab kematian dini terbesar pada berbagai Negara disebabkan oleh infarksi miokard akut (IMA). Umumnya, kasus IMA diawali dengan adanya penyempitan atau penebalan pada dinding pembuluh arteri karena adanya penumpukan plak. Penyempitan pada pembuluh darah disebut juga sebagai aterosklerosis. Plak yang menumpuk pada dinding arteri disumbangkan paling banyak oleh kolesterol dan zat lemak. Plak tersebut dapat hancur dan terbawa pada aliran darah yang menuju arteri koroner hingga menyebabkan terjadinya sumbatan aliran darah. Oleh karena itu, terjadi kondisi ketidakseimbangan antara suplai darah dengan kebutuhan oksigen pada organ jantung, peristiwa ini dapat disebut sebagai iskemik.

Akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah, terjadi penurunan aliran darah serta kematian dini (nekrosis) pada sel-sel otot jantung atau miokard. Secara fungsional, IMA mengubah daya kontraksi jantung menurun. Saat aliran darah pada jantung (perfusi) tidak tercukupi, maka kadar oksigen pada miokard menurun dan menyebabkan perkembangan iskemik yang lebih berbahaya. Iskemik dapat berkembang dengan cepat jika adanya penyumbatan total yang berhubungan dengan disfungsi pada kontraksi dan relaksasi otot jantung. Apabila peristiwa tersebut tidak ditangani dengan segera, pasien dapat mengalami gagal jantung.

Terapi (aplikasi klinis) yang dilakukan hingga saat ini berupa pemberian obat-obatan farmakologi seperti aspirin, ADP receptor inhibitors, beta-blockers, statin dan sebagainya. Pengobatan lainnya dapat dilakukan tindakan dengan operasi seperti percutaneous coronary intervention (PCI) dan coronary artery bypass graft (CABG). Beberapa terapi yang saat ini dilakukan belum sepenuhnya dikatakan optimal mengembalikan fungsi jantung. Oleh karena itu, telah banyak berkembangnya penelitian dengan menggunakan sel punca (stem cell) sebagai terapi (aplikasi klinis) alternatif yang menjanjikan.

Sel punca (stem cell) memiliki kemampuan untuk memperbanyak dan mengubah dirinya (berdiferensiasi) menjadi sel yang spesifik. Berdasarkan kemampuannya tersebut, pengobatan sel punca pada penderita IMA diharapkan memberikan hasil yang lebih baik. Menurut berbagai penelitian, sel punca (stem cell) mampu memperbaiki pembuluh darah dan meregenerasi jaringan otot jantung yang telah mengalami kerusakan atau bahkan kematian. Sel punca (stem cell) dapat menghasilkan (sekresi) senyawa/faktor biologi aktif yang mendukung perbaikan dan mengurangi kerusakan jantung, seperti salah satunya adalah sekresi faktor cardio-protective.

Penelitian mengenai sel punca pada penderita IMA telah banyak dilakukan dan masih berlanjut. Secara garis besar, banyak penelitian yang telah membuktikan efek dari pengobatan sel punca baik pada uji non klinis (hewan coba) maupun klinis (manusia). Perbaikan yang ditunjukan pada terapi tersebut seperti adanya peningkatan kualitas hidup, berkurangnya ukuran infarksi jantung dan sesak napas, serta peningkatan pada berbagai parameter fungsional jantung. Namun, parameter utama yang perlu diperhatikan pada terapi (aplikasi klinis) sel punca (stem cell) ini adalah telah terbuktinya aman (safe) dan memungkinkan (feasible) untuk dilakukan. Disamping banyaknya hasil penelitian yang menunjukan keberhasilan dalam terapi sel punca (stem cell), dalam pelaksanaannya juga memiliki hal yang perlu dievaluasi dan diperhatikan lagi seperti yaitu jenis dan jumlah sel punca (stem cell) yang diberikan, metode dan waktu pemberian, serta penilaian respon sel terhadap sel punca (stem cell). Hal-hal tersebut dapat menunjang dalam tingkat keberhasilan terapi (aplikasi klinis) sel punca (stem cell).

 

DAFTAR PUSTAKA :

  • Hao M, Wang R, Wang W. 2017. Cell therapies in cardiomyopathy: current status of clinical trials. Hindawi. 2017: 1-20
  • Mathews R, Peterson ED, Honeycutt E, Chin CT, Effron MB, Zettler M, Fonarow GC, Henry TD, Wang TY. 2015. Early medication nonadherence after acute myocardial infarction: insights into actionable opportunities from the translate-acs study. Circ Cardiovasc Qual Outcomes. 8(4): 347-356.
  • Losordo DW, Henry TD, Davidson C, Lee JS, Costa MA, Bass T, Mendelsohn F, Fortuin FD, Pepine CJ, Traverse JH, Amrani D, Ewenein BM, Riedel N, Story K, Barker K, Povsic TJ, Harrington RA, Schatz RA. 2011. Intramyocardial, autologous cd34+ cell therapy for refractory angina. Circ Res. 109 (4): 428–436.
  • Fisher SA1, Zhang H, Doree C, Mathur A, Martin-Rendon E. 2015. Stem Cell Treatment for Acute Myocardial Infarction. US: John Wiley & Sons, Ltd.
  • Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI, 2014, Situasi Kesehatan Jantung, 24 September 2014.
  • Amborse JA, Singh M. 2015. Pathophysiology of coronary artery disease leading to acute coronary syndromes. Prime Reports. 7(8): 1-5.
  • Avasthi S, Srivastava RN, Singh A, Srivastava M. 2008. Stem cell: past, present and future. Internet Journal of Medicine Update. 3(1): 22-30.
  • Konoplyannikov M, Kalsin V, Averyanov A, Trotisky A. 2016. Stem cell therapy of ischemic heart disease. J Biomedical Science and Engineering.9:191-125
  • Satessa GD, Lenjisa JL, Gebremariam ET, Woldu MA. 2015. Stem Cell Therapy for Myocardial Infarction: Challenges and Prospects. J Stem Cell Res Ther. 5:270.