Keloid

Keloid merupakan kondisi kulit yang dapat dikenali dengan adanya penampakan jaringan fibrosa yang tumbuh melebihi batas luka, keloid umumnya terjadi akibat proses healing yang tidak sempurna pada saat terjadinya. Keloid dapat terbentuk dalam waktu tiga bulan hingga satu tahun setelah terjadinya luka. Namun di beberapa kasus, keloid juga dapat terjadi secara spontan. Studi menemukan bahwa faktor resiko terjadinya keloid meningkat 15 hingga 20 kali lipat resiko lebih tinggi kulit dengan warna gelap seperti pada ras Negroid dan Mongoloid. Selain itu, keloid juga lebih sering ditemukanan di umur 20 – 30 tahun serta pada orang dengan level hormon yang sedang tinggi seperti pada masa pubertas dan kehamilan (Juckett & Hartman-Adams, 2009 ; Shaheen, 2017)

Figure 1. Contoh kasus keloid serta diagram anatomi kulit pada kasus keloid. (Shih, McGrouther & Bayat, 2010). Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2851107/

Patogenesis utama keloid disebabkan oleh inflamasi yang berlebihan dan produksi kolagen yang berkelanjutan (Sato et al., 2018). Proses healing atau penyembuhan terdiri dari tiga tahap yaitu inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Tahap inflamasi terjadi pada saat terjadinya luka, di tahap ini tubuh akan mempreduksi sitokin yang kemudian mengaktifkan makrofag dan neutrophil untuk “membersihkan” luka, proses ini berlangsung 2-3 hari kemudian dilanjutkan ke proses proliferasi. Pada proses proliferasi fibroblast dan extracellular matrix (ECM) akan terbentuk, proses ini dapat berlangsung hingga 3-6 bulan. Tahap terakhir yaitu remodeling dimana ECM yang berlebih akan dihancurkan oleh tubuh dan immature type III collagen digantikan oleh mature type I collagen. Namun pada kasus keloid, proses penyembuhan terjadi secara abnormal yang dapat disebabkan oleh adanya kesalahan pada tahap inflamasi, proses proliferasi yang terlalu panjang, atau kegagalan dalam proses penghancuran ECM (Su et al., 2010).

Figure 2. Diagram proses penyembuhan luka (atas) dan diagram keloid yang terbentuk dari proses penyembuhan yang tidak sempurna (bawah) (Su et al., 2010)

Retrieved from:

https://www.researchgate.net/publication/322081728_Risk_Factors_of_Keloids_A_Mini_Review

Sejauh ini belum ditemukan terapi yang memuaskan untuk menghilangkan keloid secara total. (Sato et al., 2018) Pengobatan yang tersedia untuk keloid sejauh ini adalah terapi laser, krioterapi, plester/sheet gel silicon, radioterapi, operasi pengangkatan silicon, serta penyuntikan corticosteroid, flavonoids, interferons, atau 5-dluorourocil. Namun pengobatan-pengobatan tersebut masih memiliki kurang efektif dikarenakan sebiaya yang mahal, prosedur yang menyakitkan, hanya dapat diaplikasikan untuk keloid yang kecil, dan perlunya melakukan prosedur secara berulang. Hal-hal di atas menjadi faktor mengapa treatment baru untuk mengatasi keloid sangatlah diperlukan (ett al., 2020).

Keunggulan Mesenchymal Stem Cell (MSC) sebagai terapi regenerative masih terus diteliti hal ini disebabkan oleh kemampuan MSC untuk berdiferensiasi sehingga dapat memperbaiki jaringan yang rusak. Selain itu MSC juga memproduksi sitokin dan faktor pertumbuhan. Banyak studi yang telah membuktikan kemampuan MSC sebagai terapi untuk penyembuhan luka, hal ini disebabkan karena MSC dapat meredakan inflamasi pada luka serta mendukung regenerasi jaringan dan mencegah terjadinya fibrosis. Efek-efek tersebut didapat dari paracrine signaling berisi secretome yang dipdikeluarkan oleh MSC (Arno et al., 2014 ; Sato et al., 2018). Secretome yang dihasilkan oleh MSC atau yang lebih sering disebut conditioned medium (CM) telah digunakan sebagai terapi untuk beragam kondisi seperti kerontokan rambut, stroke, myocardial infarct, kerusakan liver, dan pengobatan luka (Pawitan, 2014).

Studi dari Arjunan et al (2020) menemukan bahwa CM yang dihasilkan oleh stem cell dari human wharton’s jelly dapat mencegah terbentuknya Asian Cell Keloid secara in vitro dan in vivo. CM mengandung sitokin dan growth factors dalam bentuk exosome yang mana dapat memudahkan penyerapan molekul-molekul ke dalam kulit.sehingga dapat mendukung proses penyembuhan luka dan proses regenerasi kulit (Kim et al., 2018).

 

 

References

Arjunan, S., Gan, S., Choolani, M., Raj, V., Lim, J., Biswas, A., Bongso, A. and Fong, C., 2020. Inhibition of growth of Asian keloid cells with human umbilical cord Wharton’s jelly stem cell-conditioned medium. Stem Cell Research & Therapy, 11(1).

Arno, A., Amini-Nik, S., Blit, P., Al-Shehab, M., Belo, C., Herer, E. and Jeschke, M., 2014.

Effect of Human Wharton’s Jelly Mesenchymal Stem Cell Paracrine Signaling on Keloid Fibroblasts. STEM CELLS Translational Medicine, 3(3), pp.299-307.

Juckett, G., & Hartman-Adams, H. (2009). Management of keloids and hypertrophic scars. American family physician, 80(3), 253-260.

Kim, Y., Seo, D., Lee, S., Lee, S., An, G., Ahn, H., Kwon, D., Seo, K. and Kang, K., 2018.

Conditioned media from human umbilical cord blood-derived mesenchymal stem cells stimulate rejuvenation function in human skin. Biochemistry and Biophysics Reports, 16, pp.96-102.

Pawitan, J., 2014. Prospect of Stem Cell Conditioned Medium in Regenerative Medicine. BioMed Research International, 2014, pp.1-14.

Sato, C., Yamamoto, Y., Funayama, E., Furukawa, H., Oyama, A., Murao, N., Hosono, H., Kawakubo, K., Sakamoto, N. and Ohnishi, S., 2018. Conditioned Medium Obtained from Amnion-Derived Mesenchymal Stem Cell Culture Prevents Activation of Keloid Fibroblasts. Plastic and Reconstructive Surgery, 141(2), pp.390-398.

Shaheen, A., 2017. Risk Factors of Keloids: A Mini Review. Austin Journal of Dermatology, 4(2).

Shih, B., McGrouther, D. A., & Bayat, A. (2010). Identification of novel keloid biomarkers through profiling of tissue biopsies versus cell cultures in keloid margin specimens compared to adjacent normal skin. Eplasty, 10.

Su, W., Cheng, M., Lee, W., Tsou, T., Chang, W., Chen, C. and Wang, P., 2010. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs for Wounds: Pain Relief or Excessive Scar Formation?. Mediators of Inflammation, 2010, pp.1-8.

Informasi Lainnya

Artikel
Jaminan Mutu Terhadap Produk Stem Cell, Cell dan Turunannya
Produk sel punca banyak digunakan dalam usaha terapi pengobatan penyakit maupun kegiatan penelitian. Dalam menjamin ...
Loker Finance Jakarta
Artikel
Perkembangan Riset Sel Punca Didunia dan di Indonesia
Walaupun telah ditemukan sejak tahun 1998, baru sekitar 10 tahun belakangan ini perkembangan riset sel ...
Artikel
Parameter Pemeriksaan Untuk Quality Control Pada Mescpro dan Usepro
Dalam usaha menjaga serta menjamin kualitas produk USEPro dan MeSCPro, suatu quality control terstandarisasi perlu ...
Artikel
Potensi Terapi Stem Cell untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Jika Anda pernah mengenal penyakit paru menahun maka Anda akan familiar dengan Penyakit Paru Obstruktif ...
Artikel
Potensi Terapi Stem Cell Pada Penderita Brain Injury
Brain injury atau yang disebut dengan cedera otak traumatic (TBI) merupakan gangguan multifaset yang menjadi ...
Artikel
Potensi Terapi Stem Cell Pada Disfungsi Ereksi
Disfungsi Ereksi (DE) merupakan masalah kesehatan pria, yang menyebabkan dampak psikososial dan beban kesehatan yang ...
Scroll to Top