Indonesia telah berjuang melawan pandemi COVID-19 yang mulai terdeteksi pada awal bulan Maret 2020. Hingga hari ini, belum ada tanda berakhirnya pandemi COVID-19 bahkan menjadi semakin parah. Penyelenggaraan vaksinasi pun belum juga menunjukkan adanya penurunan kasus harian COVID-19 di Indonesia. Pada 27 Juni 2021, Indonesia tercatat menjadi negara kedua di Asia dengan kasus harian COVID-19 tertinggi sebanyak 21.342 kasus (CNN Indonesia, worldmeters).  Berbagai macam usaha dan pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kasus, dimulai dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), memperketat protocol kesehatan 3M (Mencuci tangan, Menjaga jarak, dan Memakai masker), hingga peningkatan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk seluruh penduduk. Namun, strategi tersebut masih belum optimal dibuktikan dengan meningkatnya jumlah kasus yang semakin meroket dan mencetak rekor baru setiap harinya.

                Untuk membantu meratakan kurva transmisi virus COVID-19, sebuah strategi baru dibutuhkan dalam menyembuhkan pasien yang terinfeksi sehingga mampu menurunkan angka kematian. Meskipun hingga saat ini belum ada standar terapi maupun pengobatan pasti dalam penyembuhan COVID-19, Mesenchymal Stem Cell (MSC) menjadi salah satu pilihan alternatif dalam penyembuhan COVID-19. Shetty A.K. (2020) menyatakan bahwa MSC merupakan pengobatan yang aman dan efektif untuk peyembuhan COVID-19. Sudah terdapat 16 uji klinis mengenai terapi stem cell sebagai pengobatan pasien dengan pneumonia COVID-19 yang telah selesai dan terdaftar pada laman clinicaltrials.gov.

                Di Indonesia sendiri sudah terdapat seorang pasien dengan COVID-19 yang sembuh berkat terapi stem cell di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pasien tersebut diberikan MSC dari tali pusat sebanyak 65 juta sel secara intravena. Pasien tersebut menjadi pasien COVID-19 pertama di Indonesia yang mendapatkan pengobatan menggunakan stem cell dan berhasil sembuh. Uji klinis tersebut diketuai oleh dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), tim dokter, tim penelitian stem cell untuk COVID-19 di Universitas Indonesia / RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, serta tim penelitian dari RSUI, RSUP Persahabatan, dan RSPI Sulianto Saroso . Uji klinis tersebut kemudian diterapkan kepada 15 pasien COVID-19 lainnya dengan perlakuan yang sama dan hasil di klaim menyatakan adanya perbaikan klinis yang berarti. Uji klinis tersebut diharapkan menjadi terapi adjuvant pada pasien pneumonia COVID-19 yang berat dan kritis (Clinicaltrials.gov).

Gambar representasi badai sitokin yang terjadi dalam paru-paru pasien penderita COVID-19. (A) Virus COVID-19 masuk ke dalam saluran pernafasan. (B) Mekanisme skematis COVID-19 menginfeksi sel epitel paru-paru. (C) Perbesaran dari terjadinya produksi badai sitokin. (C1) Virus menginfeksi sel epitel paru-paru dan alveolus yang kemudian menginduksi produksi sitokin dan kemokin (C2) Sitkoin dan kemokin mengaktifasi makrofag. Sel dendrit yang terinfeksi memicu timbulnya respon sistem imun yang berlebihan sehingga terjadinya badai sitokin (C3) Penurunan jumlah kemokin menginisiasi penambahan sel inflammasi agar bermigrasi dari pembuluh darah ke lokasi terjadinya inflamasi. Penurunan jumlah sel tersebut juga meningkatkan produksi sitokin dan kemokin yang menyebabkan peningkatan badai sitokin (Raza & Khan. 2020).

             COVID-19 menyebabkan terjadinya badai sitokin dalam tubuh. Badai sitokin terjadi ketika virus menginfeksi tubuh, sel imun akan mensekresi sitokin (hormone selular) yang mampu menyebabkan kerusakan pada jaringan, memicu terjadinya pembengkaka, fibrosis (pertumbuhan jaringan ikat), serta penurunan fungsi. Mesenchymal stem cell (MSC) merupakan agen immunomodulatory dan anti-inflamasi yang kuat dan mampu menormalisasi fungsi sistem imun yang dapat diubah oleh virus COVID-19. Sifat anti-inflamasi yang dimiliki oleh MSC sudah terbuktikan mampu menjadi pengobatan untuk penyakit autoimun (rheumatoid arthritis, ulcerative colitis, dan sclerosis) dan rejeksi saat transplatasi organ. Dalam kasus COVID-19, MSC berperan dalam meningkatkan jumlah limfosit, regulasi sel dendrit (meningkatkan proteksi anti-viral), dan jumlah IL-6 (protein anti-inflamasi). Mesenchymal stem cells (MSC) juga berperan dalam menurunkan jumlah protein C-reactive (marker inflamasi) serta jumlah TNF-α (protein pro-inflammatory) (Shetty A.K. 2020).

Sumber acuan :

  1. Raza, S.S. 2020. Mesenchymal stem cells: a new front emerge in COVID-19 treatment. Cytotherapy.
  2. Shetty, A.K. 2020. Mesenchymal stem cell infusion shows promise for combation coronavirus (COVID-19)-induced pneumonia. Aging and Disease, 11(2): 1—3.
  3. https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04457609?term=stem+cells&cond=covid+19&draw=16&rank=39
  4. https://clinicaltrials.gov/ct2/results?cond=covid+19&term=stem+cells&cntry=ccry=&cry%20&%20dist%20=
  5. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210628065732-113-660128/ri-cetak-rekor-covid-tertinggi-kedua-di-asia-setelah-india