Rangkuman ISEV 2020 – Deconstructing Regenerative Medicine: From Cells to Exosomes and Defined Factors à Pengobatan Regeneratif untuk Terapi Jantung: Perkembangan dari Sel ke Exosome

 

 

Pengobatan regeneratif untuk jantung bermula dari terapi sel dengan tujuan dapat memperbaiki jaringan secara permanen. Penelitian tersebut telah dilakukan sejak tahun 2004 menggunakan autologous cardiosphere-derived cells (CDCs) yaitu sel turunan jantung yang berasal dari biopsi manusia. Setelah menemukan hasil penelitian bahwa sel yang diberikan tidak terdeteksi pasca 2 minggu dan efek dari sel masih ada hingga 6 bulan ke depan, para peneliti mulai melakukan pengembangan ke arah alogenik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan keamanan menggunakan terapi sel, selain itu adanya perbaikan seperti pengurangan kolagen, peningkatan ejection fraction jantung, kapasitas gerak tubuh lebih baik dibandingkan non stem cell, berkurangnya luas bekas luka (scar) dan fibrosis pada jantung, serta peningkatan fungsi jantung melalui MRI.

Disamping manfaat dari terapi sel yang baik, terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya seperti dibutuhkannya perlakuan ekstra pada sel yang merupakan materi hidup yang rentan, perawatan tinggi dalam quality control/quality analysis, agak sulit jika diberikan pada kompartemen tubuh yang tertutup/kecil seperti persendian, dan dikhawatirkan risiko reaksi imun. Oleh karena itu, dikembangkannya terapi berbasis non sel menggunakan eksosom yang berasal dari CDCs dan diharapkan memiliki efek yang sama dengan terapi sel namun dengan manfaat yang lebih besar. Eksosom merupakan partikel bioaktif yang disekresikan oleh sel untuk berkomunikasi. Kandungan yang dimiliki oleh eksosom beragam seperti salah satunya faktor bioaktif dan mIRNA yang berguna dalam mengatur kerja sel.

Berdasarkan beberapa laporan penelitian pada hewan coba, efek yang dihasilkan dari eksosom dapat meningkatkan fungsi jantung, pembentukan sel kardiak, dan menurunnya kandungan kolagen. Telah diketahui juga bahwa eksosom membawa beberapa jenis fragmen RNA yang masing-masing memiliki fungsi salah satunya sebagai antifibrosis dan anti hipertropik. Beberapa kelebihan lainnya yang dimiliki oleh eksosom adalah memiliki efek jangka panjang, mudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, pemeliharaan yang mudah sehingga adanya efisiensi biaya, risiko penolakan imun yang rendah dan dapat penetrasi pada sel atau jaringan yang sulit diakses pada terapi sel.

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu saat ini semakin besarnya potensi terapi berbasis non sel yang aman dan efektif. Terapi eksosom ini diadopsi dari cara kerja sel yaitu melalui efek parakrin dengan mengeluarkan senyawa bioaktif untuk berkomunikasi antar sel. Oleh karenanya, para peneliti mengupayakan terapi eksosom yang merupakan senyawa bioaktif dari sekresi sel ini dapat menjadi alternatif terapi berbasis sel dengan efek yang tidak kalah bagus. ProSTEM yang memiliki visi sebagai perusahaan terdepan di bidang terapi regeneratif, tidak tertinggal dalam melakukan pengembangan eksosom. Hingga saat ini, ProSTEM telah memproduksi senyawa bioaktif atau sekretom yang berasal dari sekresi stem cell sehingga dapat digunakan sebagai aplikasi klinis berbasis non sel.