Potensi Stem Cell untuk Pengobatan PCOS (Sindrom ovarium polikistik)

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah gangguan endokrin heterogen berupa gangguan siklus haid yang ditandai dengan hiperandrogenisme dan anovulasi kronis. PCOS berdampak pada banyak wanita usia reproduksi di seluruh dunia. Adanya ketidakseimbangan hormon dan hiperandrogen dapat menyebabkan timbulnya gejala virilisasi/hirsutisme, jerawat, dan infertilitas. Gejala lain termasuk peningkatan berat badan, kecemasan dan depresi. Kecemasan dan depresi yang dihadapi oleh penderita PCOS dapat mempengaruhi kualitas kesehatan mental dan kesejahteraan mental. Prevalensi PCOS adalah sekitar 4% sampai 21% berdasarkan Kriteria Diagnostik Rotterdam 2003. Di Amerika Serikat, sekitar 5 juta remaja mengalami PCOS dan di India sekitar 9,13% remaja mengalami PCOS. Di Asia Tenggara, prevalensi perempuan yang terkena PCOS cukup tinggi yaitu 52%. Di Indonesia, terlihat jumlah kasus meningkat sekitar 1,78% pada tahun 2018 dibandingkan 5 tahun yang lalu (2013) sekitar 1,70% [1,2]

Rasio luteinizing hormone (LH) yang tinggi terhadap hormon perangsang folikel (FSH) dan peningkatan frekuensi hormon pelepas gonadotropin (GnRH) dikenal sebagai penyebab yang mendasari PCOS, namun etiologi dan patologi yang tepat belum diketahui secara komprehensif. Studi menunjukkan peran berbagai faktor eksternal dan internal, termasuk resistensi insulin (IR), hiperandrogenisme (HA), faktor lingkungan, genetik, dan epigenetik. Selain itu, PCOS dapat meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, sindrom metabolik, depresi, dan kecemasan [1]

PCOS adalah salah satu kondisi yang tidak dapat didiagnosis dengan tes diagnostik dasar, termasuk tes darah, kultur, dan biopsi; dengan demikian, tidak ada tes pasti untuk diagnosis PCOS. Menurut National Health Service (NHS), siklus haid yang tidak teratur, ketidakseimbangan hormon atau gejala hiperandrogenik, dan hasil pemindaian yang menunjukkan ovarium polikistik adalah kriteria yang ditentukan untuk mendiagnosis PCOS. Selain itu, kriteria lainnya ialah kriteria diagnostik PCOS Rotterdam yang merupakan kriteria paling umum yang digunakan. Kriteria Rotterdam mensyaratkan selain memiliki hiperandrogenisme klinis dan/atau hiperandrogenemia biokimia, dan oligo-anovulasi kronis juga memiliki presentasi ultrasound polikistik ovarium [1,3,4]

Regulasi pengobatan untuk PCOS meliputi regulasi siklus haid dengan induksi ovulasi dan regulasi resistensi insulin dengan pemberian metformin. Namun, regulasi siklus haid dengan induksi ovulasi dan pemberian metformin memiliki beberapa efek samping, yaitu mual, perut kembung, muntah, diare/konstipasi, nyeri ulu hati, sakit kepala, gelisah, menggigil, pusing, lemas, keram perut/nyeri perut, nafsu makan hilang, nyeri otot, lemas, infeksi saluran napas atas, dan peningkatan rasa logam. Serta pada realisasinya, memperbaiki siklus ovulasi hingga memperoleh kehamilan tidak mudah, khususnya pada wanita dengan obesitas. Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif lainnya, salah satunya ialah dengan terapi stem cell [6,7]

Berdasarkan beberapa penelitian menunjukan bahwa terapi sel punca mesenkimal dapat mendukung kembali fungsi ovarium melalui aktivitas molekul parakrin. Molekul-molekul ini termasuk insulin-like growth factor (IGF), vascular endothelial growth factor (VEGF) dan faktor pertumbuhan lain yang mampu menginduksi regenerasi dan angiogenesis untuk dapat meningkatkan fungsi ovarium. Pada percobaan hewan maupun studi klinis awal, hasil menunjukkan bahwa sel punca mesenkimal memiliki efek imunomodulator melalui interaksi dengan sel imun. Mekanisme potensial aktivitas sel punca mesenkimal dapat mengatur respons imun dan inflamasi, memperbaiki jaringan yang terluka, dan merangsang sel-sel progenitor untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel jaringan tertentu [8]

Referensi

  1. Sadeghi HM, Adeli I, Calina D, Docea AO, Mousavi T, Daniali M, Nikfar S, Tsatsakis A, Abdollahi M. Polycystic Ovary Syndrome: A Comprehensive Review of Pathogenesis, Management, and Drug Repurposing. International Journal of Molecular Sciences. 2022; 23(2):583. https://doi.org/10.3390/ijms23020583
  2. Witchel SF, Oberfield SE, Peña AS. Polycystic Ovary Syndrome: Pathophysiology, Presentation, and Treatment With Emphasis on Adolescent Girls. J Endocr Soc. 2019;3(8):1545-1573. Published 2019 Jun 14. doi:10.1210/js.2019-00078
  3. Macut D, Bjekić-Macut J, Rahelić D, Doknić M. Insulin and the polycystic ovary syndrome. Diabetes Res Clin Pract. 2017;130:163-170. doi:10.1016/j.diabres.2017.06.011
  4. Ilagan MKCC, Paz-Pacheco E, Totesora DZ, Clemente-Chua LR, Jalique JRK. The Modified Ferriman-Gallwey Score and Hirsutism among Filipino Women. Endocrinol Metab (Seoul). 2019;34(4):374-381. doi:10.3803/EnM.2019.34.4.374
  5. Tanbo T, Mellembakken J, Bjercke S, Ring E, Ã…byholm T, Fedorcsak P. Ovulation induction in polycystic ovary syndrome. Acta Obstet Gynecol Scand. 2018;97(10):1162-1167. doi:10.1111/aogs.13395
  6. Ghosal S, Ghosal S. The Side Effects of Metformin-A Review. HSOA Journal of Diabetes & Metabolic Disorders. 2019;6:030
  7. Takasaki A, Tamura I, Okada-Hayashi M, et al. Usefulness of intermittent clomiphene citrate treatment for women with polycystic ovarian syndrome that is resistant to standard clomiphene citrate treatment. Reprod Med Biol. 2018;17(4):454-458. Published 2018 Jul 6. doi:10.1002/rmb2.12219
  8. Zhang C. The Roles of Different Stem Cells in Premature Ovarian Failure. Curr Stem Cell Res Ther. 2020;15(6):473-481. doi:10.2174/1574888X14666190314123006

Informasi Lainnya

Artikel
Personalized Medicine: Terapi Berbasis Sel
Personalized Medicine: Pendekatan Menggunakan Terapi Berbasis Sel   Personalized medicine Personalized medicine menggunakan terapi berbasis ...
Stem cell untuk Kebotakan
Artikel
Atasi Kebotakan dengan Stem Cell
Pengobatan Menjanjikan Mengembalikan Rambut yang Hilang dengan Stem Cell dan Secretome Atasi kebotakan dengan stem ...
Artikel
Stem Cell untuk Jantung, Perkembangan Pengobatan untuk Serangan Jantung
Stem cell untuk jantung telah banyak diteliti, mengingat serangan jantung yang terjadi tanpa bisa diperkirakan ...
Artikel
Stem Cell untuk Rejuvenasi Kulit: Apa Saja Manfaatnya?
Stem Cell untuk Rejuvenasi Kulit: Apa Saja Manfaatnya? Stem cell untuk rejuvenasi menjadi populer pasalnya ...
Bukti Klinis Stem Cell untuk Cerebral Palsy
Artikel
Bukti klinis Stem Cell untuk Cerebral Palsy Berdasarkan Laporan Studi Kasus
Bukti klinis Stem Cell untuk Cerebral Palsy Berdasarkan Laporan Studi Kasus  Cerebral Palsy  Bukti klinis ...
Pengobatan Stem Cell untuk Epidermolisis Bullosa
Artikel
Pengobatan Stem Cell untuk Epidermolisis Bullosa
Stem Cell Mesenkimal Tali Pusat dan Sekretom dalam Penyembuhan Luka pada Kasus Junctional Epidermolisis Bullosa ...
Scroll to Top