Jika Anda pernah mengenal penyakit paru menahun maka Anda akan familiar dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). PPOK adalah penyakit paru yang ditandai dengan perlambatan aliran udara akibat respons peradangan yang abnormal (Kemenkes). Seseorang dapat mengalami PPOK jika menunjukkan gejala seperti sesak napas, batuk kronis hingga 2 minggu, dan batuk berdahak dengan sputum yang berubah warna tidak wajar. Umumnya, PPOK menyerang individu dengan kebiasan merokok, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada individu yang memiliki faktor risiko seperti:

  1. Usia 35-40 tahun
  2. Riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
  3. Hiperaktiviti bronkus
  4. Memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan

Gambar 1. PPOK atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) dimana pasien mengalami kondisi bronkitis dan emfisema pada paru-paru

PPOK terbagi dalam 4 derajat keparahan menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Pengelompokkan ini didasarkan atas nilai force expiratory volume (FEV1) dari pemeriksaan spirometri (AloMedika). Derajat keparak PPOK dibagi atas:

  • FEV1 ≥ 80% : Ringan (GOLD 1)
  • FEV1 50-79 : Sedang (GOLD 2)
  • FEV1 30-49 : Berat (GOLD 3)
  • FEV1 < 30 : Sangat Berat (GOLD 4)

Hingga saat ini, terapi PPOK berprinsip pada edukasi dan motivasi untuk berhenti merokok; penggunaan farmakoterapi seperti bronkodilator, steroid, antioksidan; terapi non-farmakologis; rehabilitas seperti latihan fisik dan pernapasan; hingga terapi oksigen jangka panjang pada pasien PPOK stadium III. 

Dikarenakan penanganan PPOK yang terbatas pada pengurangan gejala yang dialami pasien, beberapa penelitian untuk mendukung terapi telah berlangsung di berbagai negara. Sel punca saat ini menjadi perhatian karena efek antiinflamasi dan juga regenerasi yang dimiliki sel ketika ditransplantasikan pada tubuh pasien. Salah satu uji klinis menggunakan sel punca mesenkimal dari tali pusat menunjukkan hasil yang aman dan efektif untuk kasus PPOK sedang hingga berat. Studi ini dilakukan selama 6 bulan pada 20 pasien PPOK dengan melihat parameter klinis dan juga survey kualitas hidup (Le et al, 2020).

Studi lain sel punca mesenkimal yang diinjeksikan secara intravena juga menunjukan bahwa sel punca dapat mengurangi tingkat keparahan dari gejala PPOK. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan nilai rerata FEV1 dan jarak tempuh dalam six minute walking test (6MWT) (Karaoz et al, 2020). Melihat beberapa hasil penelitian sel punca, penting untuk melakukan uji klinis dengan jumlah sampel yang cukup besar untuk melihat keamanan dan efikasi dari sel punca mesenkimal untuk penanganan PPOK. 

Daftar Pustaka

Kenali Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) – Direktorat P2PTM

Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik – Alomedika

Karaoz E, Kalemci S, Ece F. (2020). Improving effects of mesenchymal stem cells on symptoms of chronic obstructive pulmonary disease. Bratislava Medical Journal. doi: 10.4149/BLL_2020_028

Le Thi Bich, P., Nguyen Thi, H., Dang Ngo Chau, H., Phan Van, T., Do, Q., Dong Khac, H., Le Van, D., Nguyen Huy, L., Mai Cong, K., Ta Ba, T., Do Minh, T., Vu Bich, N., Truong Chau, N., & Van Pham, P. (2020, February 13). Allogeneic umbilical cord-derived mesenchymal stem cell transplantation for treating chronic obstructive pulmonary disease: a pilot clinical study. Stem cell research & therapy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7020576/.