Uji Klinis PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)

Sindrom ovarium polikistik (SOPK) adalah sekelompok tanda dan gejala yang terjadi pada wanita usia reproduksi, yang mencakup gangguan dalam siklus haid atau siklus anovulatorik. Secara umum, SOPK ditandai oleh ketidakseimbangan hormon dan peningkatan kadar androgen, yang dapat menyebabkan gejala seperti pertumbuhan rambut berlebih (hirsutisme), jerawat, dan kesulitan dalam kehamilan. Selain itu, gejala lain dapat mencakup peningkatan berat badan, kecemasan, dan depresi. Kondisi kecemasan dan depresi yang terkait dengan SOPK dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan mental (Tabassum,2021).

Prevalensi SOPK bervariasi tergantung pada kriteria diagnostik yang digunakan. Di Amerika Serikat, sekitar 5 juta wanita muda didiagnosis dengan SOPK, sedangkan di India, sekitar 9,13% remaja mengalami kondisi ini. Di Asia Tenggara, prevalensi SOPK cukup tinggi, mencapai 52% pada wanita (Rajuddin,2021). Wanita dengan SOPK memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes mellitus tipe 2, dengan sekitar 39,3% mengalami kondisi ini dalam waktu 10 tahun. Faktor gaya hidup yang tidak sehat berperan penting dalam terjadinya SOPK. Obesitas dan resistensi insulin sering terkait dengan kondisi ini. Sebuah meta-analisis menemukan bahwa sekitar 27% kasus SOPK memiliki resistensi insulin, dan peningkatan indeks massa tubuh (BMI) dapat meningkatkan risiko ini hingga 15% (Neven,2018). Prevalensi resistensi insulin bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, BMI, dan ras. Selain itu, pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi pada terjadinya obesitas sentral dan gangguan menstruasi. Pola hidup yang tidak sehat dapat memicu perubahan epigenetik dalam tubuh, yang melibatkan perubahan dalam proses metabolisme biomolekuler. Hal ini disebabkan oleh disregulasi sitokin proinflamasi, yang dapat mempengaruhi organ reproduksi wanita dan menyebabkan SOPK (Amirjani,2019).

Pentingnya pengobatan menggunakan sel punca mesenkimal (MSC) atau sel punca mesenkimal/medium sekretom (MSC/CM) dalam mengatasi sindrom ovarium polikistik (SOPK) dengan resistensi insulin diketahui karena efeknya yang berkelanjutan. Berdasarkan beberapa penelitian, telah terungkap bahwa MSC dan sekretom MSC memiliki kemampuan untuk mengubah profil regulasi inflamasi, proliferasi, atau apoptosis sel. Hal ini mengakibatkan efek pengobatan yang diberikan dapat bertahan lebih lama, sehingga pasien tidak perlu terus-menerus mengkonsumsi obat (Xie et al,2019).

Penelitian telah menemukan bahwa transplantasi UCMSCs dapat mengembalikan fungsi ovarium pada tikus yang mengalami SOPK yang diinduksi oleh dehidroepiandrosteron (DHEA). Efek ini disampaikan melalui penurunan ekspresi sitokin inflamasi, termasuk interleukin 1 beta (IL-1𝛽), tumor necrosis factor alpha (TNF-𝛼), dan interferon gamma (IFN-𝛾), serta gen yang terkait dengan fibrosis seperti connective tissue growth factor (CTGF). Hasil studi ini menunjukkan bahwa transplantasi UCMSCs dapat membantu mengatasi gangguan ovarium pada SOPK (Esfandyari,2020).

ProSTEM melakukan uji  klinis yang bekerja sama dengan Kolonel. Ckm dr. Gunawan Dwi Prayitno, SpOG,Subsp.F.E.R untuk melihat potensi stem cell untuk terapi pengobatan Polycystic Ovary Syndrome. Jika Anda bersedia untuk mengikuti penelitian ini, dapat menghubungi CP 089664446886 (Erin).

Referensi:

1 C. H. Neven, J. Laven, H. J. Teede, and J. A. Boyle, “A summary on polycystic ovary syndrome: Diagnostic criteria, prevalence, clinical manifestations, and management according to the latest international guidelines,” Semin. Reprod. Med., vol. 36, no. 1, pp. 5–12, 2018, doi: 10.1055/s-0038-1668085.

2 Xie et al., “Mesenchymal Stem Cells Alleviate DHEA-Induced Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) by Inhibiting Inflammation in Mice,” Stem Cells Int., vol. 2019, 2019, doi: 10.1155/2019/9782373.

3 L. Rajuddin, “Association between homeostatic model assessment for insulin resistance (HOMA-IR) and obesity in infertile female due to polycystic ovary syndrome,” Assoc. between Homeost. Model Assess. Insul. Resist. Obes. infertile female due to polycystic ovary Syndr., vol. 1(1), pp. 16–20, 2021.

4 Amirjani et al., “Dietary intake and lifestyle behaviour in different phenotypes of polycystic ovarian syndrome: a case–control study,” J. Hum. Nutr. Diet., vol. 32, no. 4, pp. 413–421, 2019, doi: 10.1111/jhn.12646.

5 Esfandyari, R. M. Chugh, H. S. Park, E. Hobeika, M. Ulin, and A. Al-Hendy, “Mesenchymal Stem Cells as a Bio Organ for Treatment of Female Infertility,” Cells, vol. 9, no. 10, pp. 1–19, 2020, doi: 10.3390/cells9102253.

6 Tabassum, C. Jyoti, H. H. Sinha, K. Dhar, and M. S. Akhtar, “Impact of polycystic ovary syndrome on quality of life of women in correlation to age, basal metabolic index, education and marriage,” PLoS One, vol. 16, no. 3, pp. 1–13, 2021, doi: 10.1371/journal.pone.0247486.

Scroll to Top