Retinitis pigmentosa adalah penyakit herediter yang menyerang retina, terutama fotoreseptor sel batang, dan dapat berakibat pada kebutaan (Hamel, 2006). Penyakit yang banyak diderita penderita berusia muda ini bersifat progresif dan belum dapat disembuhkan. Gejala klinis retinitis pigmentosa berupa penurunan lapang pandang disertai penurunan kemampuan fungsi fotoreseptor hingga dapat berujung pada kebutaan.
Retinitis pigmentosa merupakan kelainan yang memiliki variasi yang tinggi. Beberapa pasien mengalami penurunan visual sejak anak-anak, namun ada pasien yang tidak menunjukkan gejala hingga usia dewasa. Gejala penurunan penglihatan terjadi karena adanya kematian dua tipe fotoreseptor yaitu, fotoreseptor batang dan fotoreseptor kerucut secara bertahap (Hartong et al., 2006).
Gambar 1. Gambaran retina orang sehat dan pasien retinitis pigmentosa (Hartong et al., 2006)
Tatalaksana atau penanganan pada pasien dengan retinitis pigmentosa saat ini hanya ditujukan untuk menjaga kualitas hidup penderita dan memperlambat proses kerusakan retina dengan memberikan alat bantu penglihatan seperti kacamata, anjuran untuk tidak merokok, mengkonsumsi makanan kaya akan lutein dan vitamin A, serta menghindari paparan sinar matahari secara langsung ke mata (Smith et al., 2012). Pemberian suplemen vitamin A maupun lutein dipercaya dapat mencegah proses degenerasi pada retina karena mempunyai efek antioksidan. Namun terapi suplemen tersebut juga masih diperdebatkan kemaknaannya dalam memperbaiki klinis penderita penyakit degenerasi retina, termasuk retinitis pigmentosa.
Dalam perkembangan terkini, studi-studi penggunaan sel punca mesenkimal alogenik mulai dilakukan. Salah satu alternatif pilihan sel punca alogenik adalah sel punca mesenkimal berasal dari tali pusat bayi. Kelebihan dari jenis sel punca mesenkimal tali pusat ini yaitu proses pengambilan jaringan tidak invasif, kemampuan self-renewal yang tinggi, kemampuan parakrin dan imunomodulasi yang signifikan. Selain itu sel punca mesenkimal dari tali pusat menunjukkan nilai human leukocyte antigen-II (HLA-II) dan molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I yang rendah, sehingga meminimalkan risiko penolakan saat transplantasi (Sriramulu et al., 2018). Sel punca mesenkimal tali pusat dapat mengatur respon inflamasi dan melepaskan biomolekul dari sinyal parakrin yang dapat menstimulasi epitel pigmen pada retina atau mengeluarkan faktor tropik yang mirip dengan faktor tropik yang dikeluarkan oleh retinal Pigment eEpithelium (RPE) (Maxson et al., 2012; Han et al.,2020; Ozmert & Arslan, 2020).
ProSTEM bekerja sama dengan dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M, M.Epid, PhD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan Dr. dr. Cosmos O. Mangunsong, SpM(K) di RS Mata Jakarta Eye Center untuk melakukan uji klinis untuk melihat potensi stem cell untuk terapi pengobatan Retinitis Pigmentosa.
Referensi
1 Hamel Christian. (2006). Review: Retinitis Pigmentosa. Orphanet Journal of Rare Disease. (40)12.
2 Han, D., Zheng, X., Wang, X., Jin, T., Cui, L. and Chen, Z. (2020). Mesenchymal Stem/Stromal Cell-Mediated Mitochondrial Transfer and the Therapeutic Potential in Treatment of Neurological Diseases. Stem Cells International. doi: 10.1155/2020/8838046.
3 Hartong, D.T., Berson, E.L., and Dryja, T.P. (2006). Retinitis pigmentosa. Lancet, 368: 1795–809.
4 Özmert, E. and Arslan, U. (2020). Management of retinitis pigmentosa by Wharton’s jelly derived mesenchymal stem cells: preliminary clinical results. Stem Cell Research & Therapy, 6, pp. 1–16.
5Â Smith Henry B, Chandra Aman, Zambarakji Hadi. (2012). Grading Severity in Retinitis Pigmentosa Using Clinical Assesment, Visual Acuity, Perimetry, and Optical Coherence Tomgraphy. International Ophtalmology. 23-30.
6 Sriramulu, S., Banerjee, A., Di Liddo, R., Jothimani, G., Gopinath, M., Murugesan, R., Pathak, S. (2018). Concise Review on Clinical Applications of Conditioned Medium Derived from Human Umbilical Cord-Mesenchymal Stem Cells (UC-MSCs). International journal of hematology-oncology and stem cell research, 12(3), 230–234.