Umbilical cord blood (Darah Tali Pusat) untuk Terapi Thalassemia

Darah tali pusat adalah darah yang ditemukan dalam pembuluh darah pada jaringan tali pusat dan plasenta dari janin. Melalui tali pusat tersebut, janin memperoleh suplai oksigen dan nutrient. Umbilical cord blood atau darah tali pusat (DTP) menjadi salah satu sumber sel punca karena didalamnya terdapat Hematopoietic Stem Cells (HSCs). HSC merupakan progenitor dari berbagai sel-sel pembentuk darah pada proses Hematopoietik. Darah tali pusat menunjukan adanya komponen HSCs dengan karakteristik antigen yang berbeda dengan sel punca lainnya yaitu CD133, CD34, dan CD451. HSC sendiri adalah sel induk yang belum terspesialisasi dan dapat berperan menggantikan sel-sel darah yang rusak atau mati. HSC berperan dalam menjaga produksi darah selama hidup seseorang.

Gambar 1. Diferensiasi dari Hematopoietic Stem Cells (HSCs)

(Morgan et al., 2017)

Transplantasi sel punca dapat berdiferensiasi menjadi sel darah yang berfungsi untuk meregenerasi darah dan sistem kekebalan tubuh setelah pengobatan radiasi intensif pada pasien leukimia, limfoma, anemia aplastik, dan penyakit sel darah lainnya. Penyakit sel darah dapat dikategorikan berdasarkan jenis sel darah pada manusia yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Sel darah merah berfungsi membawa oksigen ke organ tubuh. Sel darah putih berfungsi sebagai sistem imun untuk melawan infeksi dan platelet membantu dalam proses pembekuan darah pada saat terjadi luka. Beberapa penyakit yang dapat menyerang sel darah merah pada umumnya yaitu anemia, thalassemia, dan sickle cell anemia1. Penyakit yang sering kali kita dengar menyerang sel darah putih yaitu limfoma, leukimia, dan multiple myeloma. Sedangkan untuk penyakit pada platelet antara lain idiopathic thrombocytopenic purpura dan thrombotic thrombocytopenic purpura.

Transplantasi darah tali pusat (UCB) sudah dipraktikkan sekitar 30 tahun yang lalu dan masih menjadi salah satu pilihan terapi untuk penyakit kelainan darah. Transplantasi dilakukan paling umum untuk leukemia akut (37%), thalassemia atau penyakit sickle cell anemia (29%), anemia Fanconi (7%), dan kelainan sel darah merah, kekebalan, atau metabolisme bawaan (18%)2. Registri Eurocord telah mengidentifikasi lebih dari 500 pasien yang ditransplantasikan dengan darah tali pusat mulai dari 1988 hingga 20102. Darah tali pusat adalah sumber sel punca hematopoetik yang tersedia dengan frekuensi yang semakin meningkat sebagai alternatif transplantasi sumsum tulang atau sel punca perifer. Sekitar 35.000 transplantasi hematopoietik dari darah tali pusat telah dilakukan di seluruh dunia, dan lebih dari 730.000 unit darah tali pusat saat ini tersedia untuk pasien hematologi yang membutuhkan donor alogenik2.

Hassall dkk. melaporkan uji klinis pertama yang menilai keamanan dan kemanjuran transfusi sel darah merah alogenik pada anak-anak penderita anemia berat3. Dalam penelitian mereka, sebanyak 55 anak menerima sel darah merah tali pusat dari 74 donor darah tali pusat3. Tidak ada efek samping yang serius terkait dengan transfusi darah tali pusat yang dilaporkan. Pemulihan hemoglobin setelah transfusi darah tali pusat berada dalam batas yang diharapkan3. Hingga hari ini, terapi menggunakan darah tali pusat untuk penyakit sel darah masih menjadi pilihan utama bagi pasien yang sulit mendapatkan donor cangkok sumsum tulang. Berdasarkan data dari Clinicaltrial.gov, terdapat 301 studi di dunia menggunakan darah tali pusat untuk penyakit gangguan darah dengan kasus terbanyak untuk kategori “Hematologic diseases, Bone Marrow Diseases, dan Leukemia” menempati posisi pertama, kedua, dan ketiga secara berurutan. Sampai saat ini, studi terbesar terdapat di United States dengan 213 studi sedangkan di Asia Tenggara hanya 4 studi di Singapore yang dilaporkan.

Keunggulan dari penggunaan sel punca dari darah tali pusat dibandingkan cangkok sumsum tulang antara lain rendahnya resiko penolakan penerima terhadap donor darah tali pusat. HSC dari darah tali pusat memiliki kapasitas proliferasi dan pembentukan unit-unit koloni yang lebih besar dan lebih responsif terhadap beberapa growth factor (faktor pertumbuhan). Juga karena HSC dari darah tali pusat lebih ‘primitif’ daripada sel dari sumsum tulang, sel-sel tersebut menghasilkan lebih sedikit komplikasi yang terkait dengan beberapa aspek transplantasi HSC. Selain itu, proses pengambilan darah tali pusat tergolong aman dan mudah dibandingkan melalui sumsum tulang belakang. Sel punca dari darah tali pusat dapat disimpan lebih dari 20 tahun dengan kualitas HSC yang terus terjaga. Keberhasilan dari transplantasi sel punca darah tali pusat bergantung pada dosis sel punca dan kualitas sel punca yang ditransplantasikan, diantaranya yaitu TNC (Total nucleated cell), CD34+, dan CFU (Colony Forming Unit). Semakin besar berat badan bayi maka semakin tinggi jumlah TNC, CD34+, dan CFU yang diperoleh1. Waktu pengolahan, jumlah TNC, CD34+, dan CFU dapat dioptimalkan dengan waktu pengolangan <10 jam dari pengambilan sel punca darah tali pusat1.

Sebagai kesimpulan, HSC hingga sekarang masih menjadi salah satu terapi yang terus digunakan terutama untuk penyakit terkait sel darah. Kecenderungan penggunaan HSC alogenik juga terus meningkat dikarenakan susahnya mendapatkan donor yang sesuai dengan penerima. Akan tetapi, untuk penerapannya masih sulit dilakukan karena biaya yang mahal sehingga sulit diimplementasikan di negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap terapi sel punca masih harus terus dipupuk. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan-perusahaan dibidang penyimpanan darah tali pusat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat maupun klinisi mengenai pentingnya HSC pada penyakit yang sulit diobati atau no hope no option di era modern ini.

 

References

  1. Armson, B. A., Allan, D. S., & Casper, R. F. (2015). Umbilical cord blood: Counselling, collection, and banking. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada37(9), 832-844. https://doi.org/10.1016/s1701-2163(15)30157-2
  2. Gabelli, M., Veys, P., & Chiesa, R. (2019). Current status of umbilical cord blood transplantation in children. British Journal of Haematology190(5), 650-683. https://doi.org/10.1111/bjh.16107
  3. Orlando, N., Pellegrino, C., Valentini, C. G., Bianchi, M., Barbagallo, O., Sparnacci, S., Forni, F., Fontana, T. M., & Teofili, L. (2020). Umbilical cord blood: Current uses for transfusion and regenerative medicine. Transfusion and Apheresis Science59(5), 102952. https://doi.org/10.1016/j.transci.2020.102952
  4. Roura, S., Josep, M. P., Carolina, G. M., & Antoni, B. G. (2015). The role and potential of umbilical cord blood in an era of new therapies: a review. Stem Cell Research & Therapy. 6:123. https://core.ac.uk/download/pdf/193686532.pdf
  5. Morgan, R. A., Gray, D., Lomova, A., & Kohn, D. B. 2017. Hematopoietic Stem Cell Gene Therapy: Progress and Lessons Learned. PERSPECTIVE. 21(5) :P574-590.

Informasi Lainnya

Artikel
Jaminan Mutu Terhadap Produk Stem Cell, Cell dan Turunannya
Produk sel punca banyak digunakan dalam usaha terapi pengobatan penyakit maupun kegiatan penelitian. Dalam menjamin ...
Loker Finance Jakarta
Artikel
Perkembangan Riset Sel Punca Didunia dan di Indonesia
Walaupun telah ditemukan sejak tahun 1998, baru sekitar 10 tahun belakangan ini perkembangan riset sel ...
Artikel
Parameter Pemeriksaan Untuk Quality Control Pada Mescpro dan Usepro
Dalam usaha menjaga serta menjamin kualitas produk USEPro dan MeSCPro, suatu quality control terstandarisasi perlu ...
Artikel
Potensi Terapi Stem Cell untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Jika Anda pernah mengenal penyakit paru menahun maka Anda akan familiar dengan Penyakit Paru Obstruktif ...
Artikel
Potensi Terapi Stem Cell Pada Penderita Brain Injury
Brain injury atau yang disebut dengan cedera otak traumatic (TBI) merupakan gangguan multifaset yang menjadi ...
Artikel
Potensi Terapi Stem Cell Pada Disfungsi Ereksi
Disfungsi Ereksi (DE) merupakan masalah kesehatan pria, yang menyebabkan dampak psikososial dan beban kesehatan yang ...
Scroll to Top