Pembahasan topik yang disampaikan oleh ISCT pada tahun ini tidak hanya sebatas mengenai sel punca mesenkimal dan SARS-CoV2, namun juga mengangkat topik terbaru yaitu perkembangan potensi penggunaan Extracellular Vesicles (EV) untuk terapi klinis. Extracellular Vesicles merupakan molekul yang diproduksi pada kompartemen endosome dari sebagian besar sel eukariotik. Molekul yang diproduksi tersebut berguna untuk mengirimkan informasi kepada sel lain di sekitarnya, sehingga dapat terciptanya proses komunikasi antar selular satu sama lain.

Sejak tahun 2001 hingga saat ini, berbagai penelitian mengenai EV menunjukan potensinya sebagai agen terapi seperti salah satunya adalah respon anti tumor dan aktivasi sel T untuk menghadapi kondisi inflamasi tubuh. Selain itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan seberapa luas EV dapat diterapkan dalam terapi pengobatan, seperti studi yang dilakukan pada tahun 2010 dan 2013 pada model tikus penyakit jantung menunjukan adanya kardioprotektif. Studi lainnya yang meneliti EV pada kasus penyakit hati di tahun 2014, menunjukan adanya berkurangnya fibrosis hati dan menginduksi regenerasi hati dalam model cedera hati yang diinduksi oleh obat. Pada tahun 2016, terdapat studi lainnya yang menunjukan potensi EV pada kasus orthopedic, yaitu adanya regenerasi osteochondral, mediasi perbaikan kartilago melalui peningkatan proliferasi sel, mengurangi apoptosis dan modulasi reaksi imunitas.

Berdasarkan banyaknya penelitian EV pada berbagai jenis kasus penyakit di dunia baik secara in vitro dan in vivo, menunjukan bahwa besarnya potensi EV masih perlu dipelajari lebih dalam untuk terapi klinis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme EV untuk menganalisis efektivitas dan keamanan EV pada terapi. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya ketertarikan di bidang terapi berbasis non-sel (cell-free based therapy) pada aplikasi klinis.